Jakarta: Calon petahana yang maju dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) dinilai kerap memanfaatkan peran Aparatur Sipil Negara (
ASN). Kemenangan petahana cenderung dipengaruhi keterlibatan ASN.
"(ASN) menjadi seperti mesin politiknya," kata Direktur Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi Negara (STIA LAN) Nurliah Nurdin dalam webinar bertajuk 'Potensi dan Jalan Keluar dari Kerawanan
Pilkada Serentak 2020', Selasa, 17 November 2020.
Nurliah menuturkan keterlibatan ASN dimanfaatkan lantaran petahana mampu bergerak sampai ke tingkat bawah. ASN dapat memerintahkan hingga RT/RW untuk menggalang dukungan bagi petahana.
Situasi ini membuat ASN berada di posisi sulit. Netralitas ASN selalu menjadi pertaruhan.
(Baca:
Keberpihakan ASN Meningkat, Sanksi Belum Menyasar kepada Paslon)
"ASN kita selalu berada pada pihak yang dilema. Satu sisi mereka diminta untuk netral, tapi di sisi lain (petahana) adalah atasan," ujar Nurliah.
Dia mengaku ASN kerap mengeluh saat mendapat perintah dari petahana. Jabatan ASN dipertaruhkan bila tak mengikuti perintah.
"Kalau kami tidak mendukung, nanti ketika (petahana) menang 'Anda mau makan kue gratis?' seperti itu," beber Nurliah menirukan keluhan ASN.
Peran Komite Aparatur Sipil Negara (KASN) juga dinilai belum memberikan dampak serius kepada ASN. Penguatan komitmen netralitas ASN belum dirasakan.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((REN))