Jakarta: Mahasiswa dan kaum milenial dianggap sebagai pemilih yang cerdas. Mereka diminta menunjukkan peran dalam Pemilihan Kepala Daerah (
Pilkada) 2020.
"Mahasiswa dan milenial jangan menganggap tak punya peran untuk perubahan," ujar Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (Dirjen IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika, Widodo Muktiyo, melalui keterangan tertulis, Selasa, 10 November 2020.
Hal tersebut dibeberkan Widodo dalam seminar daring bertema 'Memilih Pemimpin Ideal di Mata Milenial'. Menurut dia, mahasiswa sebagai milenial dan simbol intelektual harus ikut mengedukasi lingkungan soal
Pilkada 2020.
Edukasi yang dimaksud yakni memberi pemahaman soal demokrasi di Indonesia. Bahwa pemimpin terpilih harus menjadi cerminan rakyat.
“Tipe pemimpin ideal adalah tipe harapan yang bisa menampung aspirasi masyarakat, terutama dari kelompok milenial,” kata Widodo.
Dia juga berharap kelompok milenial berkolaborasi dengan pemerintah melawan hoaks Pilkada 2020. Berita bohong itu mulai marak berseliweran di media sosial.
Baca: Bawaslu: Politik Uang Melecehkan Kecerdasan Pemilih
Menurut Widodo, milenial memiliki akses untuk melakukan hal itu. Sebab mereka termasuk dalam 175 juta pengguna internet di Indonesia. Sementara itu, data pihaknya juga memaparkan ada 160 juta pengguna internet yang mengakses media sosial (medsos).
“Milenial harus melawan hoaks," kata Widodo.
Peneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi, Nurul Amelia menyebut ada beberapa kategori pemimpin ideal bagi milenial. Karakteristik pemimpin yang disukai yakni calon yang bersih, dan anti kekerasan seksual.
“Milenial juga suka pemimpin yang komunikatif di medsos,” katanya.
Akademisi UIN Syarif Hidayatullah Ismail Cawidu menyebut untuk mengetahui hal itu, milenial perlu rajin mengulik calon pemimpin. Sehingga mereka tahu siapa yang akan dipilih.
“Karena sekarang dengan mudah kita bias mencari tahu siapa calon yang akan dipilih melalui medsos,” ujarnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((ADN))