Bahkan saat itu Media Group tidak hanya menghadirkan televisi berita tapi sekaligus televisi berita yang menyapa pemirsa selama 24 jam. Saat itu banyak orang yang ragu bahwa televisi berita bisa dijual dan menghasilkan iklan. Kenyataannya, Metro TV sudah 20 tahun mengudara yang diikuti sejumlah stasiun televisi lainnya sebagai kompetitor.
Revolusi kedua ditandai dengan kelahiran Magna Channel, televisi digital yang akan diluncurkan 16 Juli 2020. Beda dengan yang lain, Magna Channel memliki coverage yang lebih luas. Untuk sementara, saluran TV digital ini akan mengudara di 11 kota besar di seluruh Indonesia, yang aksesnya sudah dibuka oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Ke-11 kota tersebut adalah Jakarta, Banten, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Banda Aceh, Samarinda, Banjarmasin, dan Nunukan.
Menurut CEO Media Group, M Mirdal Akib, pembahasan mengenai penyelenggaran siaran televisi digital atau migrasi dari televisi analog sebenarnya sudah ada sejak tahun 2009, saat posisi Menkominfo dijabat Tifatul Sembiring. "Kenapa baru sekarang? Ya karena memang inilah momentumnya, ketika Menkominfo Johnny G. Plate kembali menggaungkan soal migrasi televisi analog ke digital," jawab Mirdal dengan tegas.
Menurut Mirdal, di banyak negara televisi analog sudah beralih ke digital, termasuk sejumlah negara tetangga. Organisasi di bawah PBB yaitu ITU (International Tellecommunication Union) meminta negara di Asia sudah migrasi ke televisi digital di 2018.
"Karena banyak negara tetangga yang sudah bermigrasi ke televisi digital, warga kita di perbatasan pun lebih suka menonton siaran negara lain karena kualitas audio dan videonya yang lebih baik. Ini kan masalah ideologi,” tutur Mirdal sambil menjamin bahwa Magna Channel akan menyajikan tayangan yang sehat dan mencerdaskan.
Suatu keniscayaan
Karena itu, seperti dikemukakan Menkominfo Johnny G. Plate beberapa waktu lalu, peralihan saluran TV dari analog ke digital menjadi sebuah keniscayaan. Sebab, jika tidak segera dilakukan justru akan membuat pelaku bisnis penyiaran dan pertelevisian sulit bersaing dengan layanan jejaring sosial.
Menkominfo juga mengungkapkan, saat ini persaingan stasiun televisi tidak saja dengan perusahaan televisi, tetapi dengan perusahaan Over The Top (OTT) atau perusahaan yang memberikan layanan jejaring sosial berskala global. Apalagi, tren belanja iklan terus bergeser ke media online, seperti Facebook, YouTube, Instagram, hingga Netflix lantaran konsumsi internet masyarakat yang tinggi.
Kalau pemain televisi tetap bertahan di saluran analog, ruang untuk tumbuh menjadi sempit.
Menurut Johnny kalau pemain televisi tetap bertahan di saluran analog, ruang untuk tumbuh menjadi sempit. Sementara jika dibuka ke digital potensi bisnis akan lebih besar.
“Pelaku usaha harusnya menyambut baik peralihan ke TV digital. Kalau tidak, hal itu akan menyusahkan mereka,” kata Johnny usai bertemu dengan Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Senin (3/3/2020).
Menkominfo juga mengingatkan, salah satu dampak bisnis TV digital adalah dalam spektrum yang sama bisa digunakan oleh dua hingga lima aplikasi atau platform sehingga lebih efisien. Artinya, dengan mempunyai platform lebih banyak, tentu kalangan bisnis akan lebih banyak beriklan.
Selain itu, berdasarkan temuan Boston Consulting Group, dengan adanya penataan frekuensi spektrum yang lebih baik bakal meningkatkan digital dividen frekuensi sebesar 112 MH. Dengan demikian, masih kata Menkominfo, hal itu akan memberikan penerimaan negara lebih dari Rp70 triliun dalam 10 tahun ke depan. Efek terhadap PDB juga bakal meningkat Rp440 triliun.
“Selain itu, migrasi ini akan menambah lapangan kerja hingga 200.000 jiwa,” jelas menteri.
Selanjutnya Mirdal menjelaskan, kehadiran televisi digital di Indonesia bukan semata mendukung program pemerintah, tapi juga menyadari kebutuhan teknologi mendatang yang bisa memanfaatkan frekuensi penyiaran televisi analog.Migrasi ke siaran televisi digital akan menyehatkan industri itu sendiri.
“Ini adalah teknologi 5G yang implementasinya tidak hanya untuk internet cepat dan telekomunikasi tapi semua membuat perangkat menjadi lebih pintar. Artinya, bermigrasi ke televisi digital adalah upaya menyambut teknologi masa depan yang serba digital,” jelasnya.
Selain itu, dari sisi industri penyiaran, migrasi ke siaran televisi digital akan menyehatkan industri itu sendiri. Sebab, stasiun televisi tidak harus berinvestasi ke pembangunan tower atau fasilitas transmisi.
Lebih efisien
"Artinya, stasiun televisi akan lebih efisien. Ini mendorong industri kreatif, nantinya rumah kecil juga bisa menjadi stasiun televisi," jelas Mirdal.
Bagi konsumen, kualitas siaran televisi digital juga lebih baik, ditambah saat ini ketersediaan smart televisi semakin terjangkau dan populer. Kualitas siaran yang diterima di area perbatasan juga lebih bagus, sehingga mereka tidak harus bergantung ke konten televisi negara tetangga.
Namun, Mirdal menegaskan bahwa stasiun televisi digital Magna Channel tidak akan eksklusif seperti layanan televisi kabel. Magna Channel akan hadir di semua distribusi platform, seperti satelit, fiber, maupun TV kabel, streaming, media sosial, dan OTT. Hal itu sesuai dengan peraturan pemerintah terkait penyelenggara siaran televisi digital yang free-to-air alias tidak berbayar.
Untuk tahap awal, pengguna televisi kabel atau fiber kemudian satelit nantinya cukup melakukan pencarian ulang atau searching channel di televisi digital atau smart TV yang dimiliki. Bagi masyarakat yang masih memiliki televisi biasa tapi memiliki perangkat set-top-box juga bisa melakukan cara yang sama. Sedangkan untuk pengguna perangkat mobile, Magna Channel juga akan hadir di media sosial dan platform live streaming seperti di medcom.id.
Sedangkan dari aspek konten, saluran baru ini akan menyasar kalangan female, kids, dan millenial. Alasannya, ketiga kalangan tersebut berperan bagi masa depan bangsa. Di tahap awal, siaran yang disajikan akan berlangsung selama enam jam setiap hari sejak pukul 15.00 WIB. Magna Channel akan menyajikan drama, e-Sport, otomotif, program dari Medcom.id seperti Ngobras (Ngobrol Asyik) dan Kepo (Kenal Politik) serta program di Metro TV yang sesuai dengan misi saluran baru tersebut.
Teknologi 5G
Mirdal juga menyinggung soal teknologi 5G yang digadang tahun depan sudah siap diimplementasikan di Indonesia. Teknologi jaringan ini tidak semata untuk internet cepat dan telekomunikasi tapi luas sekali pemanfaatannya untuk perangkat pintar.
"Kebutuhan masyarakat Indonesia untuk frekuensi hingga saat ini masih besar dan belum terpenuhi. Sementara kita butuh frekuensi lebih besar untuk 5G dan pengembangannya. Maka, apabila migrasi analog ke digital ini dilakukan, efisiensinya sangat besar," jelas Mirdal.
Dia mencontohkan bahwa saat ini penyiaran televisi analog dihitung satu kanal frekuensi untuk satu siaran stasiun televisi. Di penyiaran digital terestrial bisa memuat beberapa siaran stasiun televisi sekaligus untuk kawasan DKI Jakarta.Siaran televisi analog memiliki kualitas sinyal yang buruk saat mengalami gangguan cuaca.
Dikutip dari laman resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika, penyiaran televisi digital punya kualitas gambar dan suara jauh lebih baik dengan sinyal cenderung stabil meskipun kondisi geografis dan cuaca buruk. Sebaliknya, siaran televisi analog memiliki kualitas sinyal yang buruk saat mengalami gangguan cuaca. Sinyal juga akan melemah saat lokasi yang dijangkau terlalu jauh dari menara atau alat transmisi.
Selain itu, ada juga fakta menarik, yaitu ketersediaan perangkat smart televisi yang sudah bisa menerima siaran televisi digital terestrial di Tanah Air dengan harga yang semakin terjangkau disertai beragam keuntungan yang ditawarkan. Karena itu, migrasi televisi analog ke digital adalah keniscayaan, bukan pilihan.
Meskipun masuk di golongan televisi digital yang biasa dinikmati di layanan berlangganan televisi kabel, tapi Magna Channel bakal mengusung model free-to-air alias gratis. Alasannya, cara ini bisa menyediakan tayangan yang merata bagi semua masyarakat Indonesia.
Sayang, berbagai keunggulan televisi digital belum ditopang payung hukum. Draft RUU tentang Penyiaran hingga kini masih digodok di DPR setelah mandeg selama dua periode (periode 2009-2014 dan periode 2014-2019).[]
*Segala gagasan dan opini yang ada dalam kanal ini adalah tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi Medcom.ID. Redaksi menerima kiriman opini dari Anda melalui kolom@medcom.id