MEMBACA adalah kegiatan melihat serta memahami isi yang ditulis. Dalam praktiknya ada beberapa tingkatan membaca. Pertama, tingkatan dasar, yakni membaca apa adanya. Seperti membacanya anak-anak yang kadang berulang-ulang.
Selanjutnya, tingkatan inspection. Membaca model inspeksi ini terdiri atas superficial atau membaca dengan sepintas tanpa usaha mendalami. Lalu, skimming atau membaca cepat dengan melihat judul, topik outline, dan membuat sekema.
Paling tinggi, tingkat analisis. Yakni, membaca dengan menggunakan nalar dan metode ilmu. Mengidentifikasi dan mengklasifikasi materi, memahami kata kunci, memahami pernyataan penting, menemukan problem, mengetahui argumen, menentukan tawaran penyelesaian masalah, hingga mengetahui kelemahan atau kesalahan informasi.
Ada juga yang membagi membaca pada empat tingkatan. Yakni, membaca harfiah, membaca analisis, membaca kritis, dan membaca untuk mencipta yang baru dari hasil bacaannya itu. Pembagian ini sebenarnya untuk memudahkan saja. Dalam pengalaman keseharian, bisa diamati masing-masing bagaimana membaca. Apakah hanya membaca rangkaian huruf, membaca sepintas, atau mengkritisi untuk menemukan ide baru.
Secara gampangnya bisa dilihat dari tujuannya. Pertama, membaca untuk menghibur diri seperti baca komik, cerpen, atau novel. Kedua untuk menghasilkan sesuatu yang ingin diketahui dan mempelajarinya.
Untuk bisa membaca, hampir negara-negara di dunia memiliki program pemberantasan buta huruf. Orang Arab menyebutnya muk?fahah umiyah. Orang barat menamakannya illiteracy eradication. Dengan anggaran yang cukup mahal dan hampir tak pernah tuntas.
Hakikat membaca adalah berdialog dengan sang penulis. Mencoba memahami pesan-pesan yang disampaikan. Dan boleh jadi berkomentar atau bahkan terbawa hanyut perasaannya oleh cerita yang dikisahkan. Maka, ketika membaca buku berarti sedang melakukan dialog dengan penulisnya. Atau pada level sederhananya, sedang mendengarkan sang penulis bertutur kepada pembaca.
Selanjutnya bagaimana jika yang dibacanya itu hadis yang merupakan kumpulan sabda dan penuturan lisan Rasulullah SAW? Jawabannya sama bahwa sang pembaca sedang mendengarkan petuah-petuah yang disampaikan oleh Rasulullah SAW.
Meningkat lagi dengan membaca al-Qur’an sebagai kalamullah. Ya, sama juga berarti ketika membaca Alquran sama dengan mendengarkan ajaran, petunjuk, dan kisah-kisah yang disampaikan Allah kepada manusia melalui Rasul-Nya. Dengan kata lain, yang ingin berkomunikasi dengan para ulama, bacalah buku-buku karya mereka. Yang hendak berkomunikasi dengan Rasulullah SAW, bacalah hadis-hadisnya. Dan yang hendak berkomunikasi dengan Allah SWT, bacalah Alquran.
Ibnu Taimia menyatakan: barang siapa yang tidak membaca Alquran maka ia telah meninggalkannya. Barang siapa yang membacanya dan tidak berusaha memahaminya maka ia telah meninggalkannya. Dan barang siapa yang memahaminya dan tidak mengamalkannya maka ia telah meninggalkannya. Ungkapan ini menuntun fase-fase yang dilalui dalam membaca, membaca harfiyah, analisis, dan mencipta (menuju suatu tindakan).
Tapi bagi yang tidak paham karena sifatnya kalamullah sebagai hudan (petunjuk), rahmah, dan syifa (penyembuh)—terutama suasana hati yang di dalam dada—maka membaca dengan tidak paham pun dapat memberikan ketenangan. Dalam arti bahwa usaha untuk membacanya pun memiliki nilai dan fungsi.
Rasulullah SAW bersabda: barang siapa yang membaca Alquran dan dia merasa kesulitan dalam membacanya maka baginya dua pahala; pahala membaca dan pahala kesulitannya (HR. Muslim). Sabdanya yang lain juga: bacalah Alquran karena ia (Alquran) akan memberi syafaat di hari Kiamat (HR. Tirmidzi). Sabdanya Riwayat Bukhari dan Muslim: Alquran adalah (ma’dabah) pendidikan Allah SWT, maka pelajarilah pendidikan Allah itu sebatas kemampuanmu.
Para ulama bersepakat, untuk memberikan definisi, Alquran adalah kalamullah. Alquran merupakan mukjizat yang diturunkan kepada penutup para nabi dan rasul. Dibawa oleh pembawa wahyu yang tepercaya yakni Jibril AS yang (sekarang) tertulis di dalam mushaf. Diriwayatkan kepada kita secara mutawatir. Membacanya dinilai ibadah, dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri surat an-Nas. Selamat membaca![]
*M Tata Taufik, Pimpinan Pondok Pesantren Modern Al-Ikhlash, Kuningan, Jawa Barat
Cek Berita dan Artikel yang lain di M Tata Taufik
Pimpinan Pondok Pesantren Modern Al-Ikhlash, Kuningan, Jawa Barat