Pertempuran yang besar itu seolah membuat pikiran kita lupa pada esensi dan tujuan dari diadakannya Pemilu itu sendiri. Dan malangnya, tidak sedikit dari kita yang menyebut segala upaya negatif itu justeru sebagai bagian dari Pemilu yang kita kenal dengan tahap kampanye. Kenyataan yang payah ini sesuai dengan perkataan Carl Gustav Jung bahwa secara universal manusia adalah apa yang dikenali oleh alam sadarnya sendiri, maka (tidak jarang) dia menganggap dirinya tidak berbahaya, dan dia menambahkan kebodohan ke dalam perbuatanya yang keliru itu.
Posisi Pemilu
Di dalam percakapan modern hal ini perlu kita ubah. Pemilu, dalam posisinya yang begitu penting, harus kita dudukan pada porsinya yang tepat. Selain dari upaya untuk mengakui hak-hak politik sebagai hak asasi manusia, di era global ini, Pemilu juga dapat kita pergunakan sebagai promosi kesuksesan negara di mata dunia sebagai bagian utama penyelenggara pesta demokrasi. Ketua Bawaslu, Abhan, menegaskan bahwa setidaknya ada tiga hal yang dapat diperoleh negara dari Pemilu. Pertama, Pemilu dapat menjadi cerminan yang menunjukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kedua, Pemilu bisa dijadikan sebagai poin penilaian kedewasaan masyarakat NKRI dalam memandang perbedaan. Ketiga, Pemilu juga bisa dipergunakan untuk menilai seberapa sukses pembangunan NKRI dilihat dari seberapa mutakhirnya proses Pemilu yang dilakukan.
Tiga hal penting
Terkait dengan kualitas SDM, saya coba uraikan satu persatu, Pemilu adalah corong utama dari seberapa jauh masyarakat berhasil memilih dan menuntukan pemimpinnya. Jika isu hoaks masih dianggap nyata, keinginan untuk menyakiti orang lain digunakan untuk suksesi pemilihan, dan money politics masih menjadi penentu kemenangan, maka dapat dipastikan kualitas SDM Indonesia menurun. Peningkatan SDM Indonesia tentu ditunjukan dari sikap masyarakat yang paham pada haknya, pada kontribusinya akan perubahan negara, bisa memilah berita, dan cerdas dalam memutuskan.
Selanjutnya, Pemilu dipergunakan sebagai indikator kedewasaan masyarakat Indonesia. Pemilu bukanlah soal memilih dan dipilih an sinch, akan tetapi Pemilu juga berkaitan dengan kesiapan masyarakat untuk menjalankan nilai-nilai demokrasi seutuhnya. Artinya, masyarakat perlu memahami bahwa setiap insan diberikan hak atas berpendapat dan menentukan pilihannya sendiri yang tidak bisa dipaksa sama. Pada titik itulah, kecilnya chaos, kecilnya intimidasi, dan penerimaan akan hasil pada Pemilu bisa dijadikan gambaran kedewasaan masyarakat Indonesia di mata dunia.... Jika isu hoaks masih dianggap nyata, keinginan untuk menyakiti orang lain digunakan untuk suksesi pemilihan, danmoney politicsmasih menjadi penentu kemenangan, maka dapat dipastikan kualitas SDM Indonesia menurun.
Pemilu juga bisa dijadikan gambaran seberapa suksesnya pembangunan di Indonesia. Pembangunan yang dimaksud dalam kaitannya dengan Pemilu tidak hanya berupa fisik tetapi juga harus dilihat secara non fisik. Dari segi fisik mungkin kita dapat melihat dari kekuatan surat suara, kelayakan tempat pemungutan suara, dan kemudahan akses melakukan pemilihan. Dari segi non fisik tentu kita memandangnya secara digital. Kemutakhiran proses Pemilu, dari segi pancatatan Daftar Pemilih Tetap (DPT) secara digital, hingga up to date dan akurasi hitung cepat.
Penutup
Oleh sebab pentingnya Pemilu itu, maka seluruh pihak yang terlibat dalam pesta demokrasi tersebut harus bahu membahu demi suksesnya penyelenggaraan Pemilu. Kita perlu menguras keringat dan mendinginkan suhu egoisme agar tujuan dari Pemilu itu sampai pada hasilnya. Masyarakat atau Warga Negara Indonesia, sebagai subjek utama dari demokrasi, subjek utama Pemilu, dalam bahasa Roberto M Unger diharapkan mampu memiliki vita activa (kegiatan kehidupan yang aktif) dengan tidak mengecualikan vita contemplativa (kegiatan kehidupan kontemplasi). Atau singkatnya, masyarakat mesti mampu mengukur manfaat dan kerugian.[]
*Segala gagasan dan opini yang ada dalam kanal ini adalah tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi Medcom.ID

