SALAH satu metode pendidikan yang dinilai ampuh adalah dengan bercerita, tahu menyampaikan cerita kepada khalayak. Tradisi menceritakan kebaikan orang-orang saleh bahkan sangat populer di kalangan kaum muslimin.
Istilah manakib sering kita dengar dan biasa dibacakan dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti haul memperingati wafatnya seorang guru oleh para pengikutnya. Haul Guru Sekumpul di Kalimantan Selatan, misalnya, menyajikan pemandangan yang luar biasa. Pembacaan manakib dilakukan di setiap rumah.
Tingginya antusiasme peziarah dan kehidupan sosial yang mencerminkan kedermawanan masyarakat dalam menjamu dan melayani tamu, merupakan cermin dari nilai-nilai kebaikan yang tertanam di masyarakat. Demikian juga para murid tarekat tertentu seperti Qodiriyah wa Naqsyabandiyan (TQN) yang memiliki kegiatan manakiban yang biasa diselenggarakan di berbagai tempat.
Berkenaan dengan menceritakan kebaikan ulama dan orang-orang saleh, Ahmad Ibn Hambal menyarankan kepada kaum muslimin untuk menyebarkan kebaikan dan keadilan yang dilakukan ‘Umar Bin Abdul Aziz khalifah yang terkenal keadilannya itu. Menurutnya, menceritakan kebaikan orang saleh hukumnya mustahab, artinya baik untuk dilakukan.
Di sekitar kita banyak juga ditemui kisah-kisah kebaikan yang dilakukan oleh “orang biasa” namun mencerminkan kesalehannya. Biasanya kisah-kisah tersebut luput dari penuturan para penutur kisah atau shahibul hikayah meminjam istilah Ki Balap. Dia adalah mubaligh asal Bogor yang menghiasi mimbar-mimbar tabligh akbar pada tahun 70-an dan rekamannya masih sesekali kita dengar diputar saat ini.
Ki Balap menyampaikan pendidikannya dengan gaya khas. Dia berkisah tentang anak muda bernama Ahmad yang merupakan orang tak punya. Ahmad pergi nyantri ke Kiai hingga akhirnya dia menjadi Ajengan. Penuturan kisah tersebut diselingi dengan bacaan shalawat dengan langgam yang khas.
Pada masa kejayaan para penutur, sarana komunikasi massa memang masih terbatas. Terbatas dalam bentuk komunikasi lisan. Budaya baca tulis masih sangat terbatas pada kalangan terpelajar. Yang mampu membeli majalah atau koran pun terbatas.
Di sekitar kita bisa juga ditemukan kisah-kisah teladan yang hidup di era global. Sebut saja Hj Tutit Rosyida, istri dari KH Ahmad Yahya Pekalongan. Menurut cerita putrinya, saat beliau wafat beberapa tahun yang silam, para putranya baru mengetahui bahwa beliau memberi insentif kepada sejumlah merbot mesjid yang ada di wilayah tempat tinggalnya. Hal tersebut baru diketahui karena para merbot yang datang bertakziyah.
Mendengar kisah inspiratif tersebut seorang ibu mengikuti jejaknya dengan memberikan insentif bulanan kepada guru-guru madrasah diniyah tempat dia mengajar dahulu. Dan kebaikan itu terus berjalan sampai sekarang. Sementara, para putra-putrinya berusaha menajutkan tradisi baik ibunya dengan urunan.
Cerita lain lagi masih seorang ibu yang ternyata membangun madrasah, sekaligus memberi bekal penghidupan bagi pengelolanya. Ibu itu juga membangun 20 mesjid dan 1 pesantren, termasuk mengumrahkan beberapa orang. Kebaikannya itu juga baru diketahui saat sang ibu wafat. Dia adalah Hj Lu’luiyah binti H Mohammad Kasim yang tidak lain adalah Ibunda dari Pak Syafruddin, Wakil Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Pusat.
Yang menarik dari kisah dua ibu ini ternyata para ibu (emak-emak istilah sekarang) justru senang berkontribusi dalam aktivitas keumatan secara diam-diam. Maksudnya, tanpa diketahui oleh keluarganya. Sehingga saat wafat mereka mampu mewariskan kisah keteladanan bagi anak-anaknya.
Rasanya tak henti-henti penulis ingin menuturkan kisah kedua ibu ini dalam berbagai kesempatan. Tentu saja untuk memberi informasi baik (good news) yang menginspirasi kebaikan. Juga bagi yang mendengar atau membacanya. Tulisan ini dalam rangka itu.
Dikaitkan dengan Hari Pers Nasional yang biasa diperingati setiap 9 Februari, karya pers haruslah lebih memperhatikan konten good news. Memberi ruang yang lebih pada kisah-kisah inspiratif di media massa, apa pun bentuknya.
Sebagaimana pada awal kemunculannya, konsep berita dalam media berkisar pada berita penting dan berita besar. Seperti berita kegiatan politik, berita peperangan, a battle, bencana disaster, atau berbagai kegiatan masyarakat (kenduri), public celebration, dan eyewitness.
Perkembangan konsep berita yang digagas William Randolph Hearst untuk memenangkan bisnis dalam persaingan antara media menjadi sangat luas dan “melayani selera” audien dengan berita sensasional, harus dikaji ulang. Selamat Hari Pers Nasional 9 Februari 2023. Semoga lahir kembali pers yang mampu membangun karakter bangsa dan mengangkat sisi baik bangsa ini karena khalayak juga berhak mengetahui berita baik.[]
Cek Berita dan Artikel yang lain di M Tata Taufik
Pimpinan Pondok Pesantren Modern Al-Ikhlash, Kuningan, Jawa Barat