Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group.
Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group. (Gaudensius Suhardi)

Gaudensius Suhardi

Anggota Dewan Redaksi Media Group

Rakyat Dermawan Wakilnya Bermewah

Gaudensius Suhardi • 29 Juli 2021 05:37
RAKYAT menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing, sedangkan wakil mereka mendapatkan fasilitas isolasi mandiri di hotel dan dibiayai negara pula. Sebaiknya rakyat tidak perlu baper sebab wakil rakyat seharusnya tetap dalam kondisi sehat walafiat agar setiap saat bisa memperjuangkan nasib rakyat, termasuk rakyat yang isoman.
 
Sayangnya, data yang dibeberkan Laporcovid-19 menyebutkan selama 1 Juni hingga 21 Juli, sebanyak 2.313 korban jiwa akibat isoman. Perjuangan untuk rakyat yang diwakili memang tidak pernah viral di media sosial.
 
Bukan salah wakil rakyat, itu salah warganet. Bukankah rakyat itu tempatnya salah? Kalaulah yang viral itu wakil rakyat minta rumah sakit dan ICU khusus, anggap saja itu cermin tabiat perlakuan khusus yang didapat selama ini.
 
Kalau muncul foto wakil rakyat tertidur saat rapat, itu hanya tampaknya, anggap saja ia sedang memimpikan rakyat sejahtera. Seharusnya wakil rakyat berjuang untuk rakyat yang menderita akibat pandemi covid-19, bukan cuma berjuang untuk dirinya sendiri. Rakyat berharap agar wakil mereka tidak jatuh dalam percobaan ketidakpedulian terhadap kaum yang menderita. Mengabaikan mereka yang menderita kelaparan, penyakit, atau eksploitasi, kata Paus Fransiskus, ialah dosa modern, dosa dari hari ini.
 
Seandainya ada yang mengabaikan mereka yang menderita, masih menurut Fransiskus, memang dunia sekarang sedang berada dalam kondisi dilanda globalisasi ketakpedulian. Boleh-boleh saja dunia dilanda ketakpedulian, tapi rakyat di negeri ini justru setia mempromosikan bela rasa dan belas kasih.
 
Kesetiaan itulah yang membuat Indonesia dikukuhkan sebagai negara paling dermawan di dunia versi World Giving Index (WGI) 2021. Laporan WGI yang dirilis pada 14 Juni oleh Charities Aid Foundation (CAF) menempatkan Indonesia di peringkat pertama dengan skor 69 persen, naik dari skor 59 persen di indeks tahunan terakhir yang diterbitkan pada 2018.
 
Pada saat itu, Indonesia juga menempati peringkat pertama dalam WGI. WGI memeringkat lebih dari 140 negara di dunia berdasarkan seberapa dermawan mereka dalam menyumbang. Indonesia menempati dua peringkat teratas dari tiga kategori, yakni menyumbang pada orang asing/tidak dikenal, menyumbang uang, dan kegiatan kerelawanan/volunteer.
 
Sebanyak delapan dari 10 orang Indonesia menyumbangkan uang pada tahun ini, sementara tingkat kerelawanan di Indonesia tiga kali lipat lebih besar dari rata-rata tingkat kerelawanan dunia. Kedermawanan rakyat memang terlihat nyata selama pandemi.
 
Pada tingkat akar rumput, rakyat bahu-membahu membantu mereka yang sedang isoman. Ada yang mengumpulkan uang dari kekurangan mereka, ada yang mengumpulkan barang, ada yang menyiapkan tenaga untuk memasak makanan bagi sesama yang isoman.
 
Perusahaan-perusahaan dan sejumlah figur publik juga tergerak untuk mengumpulkan dan menyalurkan sumbangan kepada individu, tenaga kesehatan, maupun rumah sakit. Ada pula yang terlibat dalam gerakan Oxygen for Indonesia.
 
Mengapa rakyat begitu dermawan dan mudah tergoda untuk peduli terhadap sesama? Direktur Filantropi Indonesia Hamid Abidin mengakui kuatnya pengaruh ajaran agama dan tradisi lokal yang berkaitan dengan kegiatan berderma dan menolong sesama. Menurut dia, pandemi dan krisis justru meningkatkan semangat solidaritas masyarakat untuk membantu sesama.
 
“Yang berubah hanya bentuk sumbangan dan jumlahnya. Masyarakat yang terkena dampak tetap berdonasi uang meski nilai sumbangan lebih kecil atau berdonasi dalam bentuk lain, seperti barang dan tenaga (relawan),” kata Hamid.
 
Rakyat itu dermawan karena ia mengenal dirinya. Kalimat ‘kenalilah dirimu sendiri’ dipatrikan pada pintu kuil Apolo di Delphi, Yunani. Mereka yang mengenali diri sendiri tentu tidak mau hidup tanpa membantu orang lain karena itulah hakikat manusia homo socius yang berarti makhluk sosial.
 
Mereka mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri dan berkanjang dalam sikap itu untuk tetap berkarya demi kesejahteraan semua orang dan setiap pribadi. Semua orang dan setiap pribadi, meminjam ungkapan Otto Gusti dari STF Ledalero, terbentuk dari materi yang sama dan rentan.
 
Kemanusiaan yang rentan itulah basis persaudaraan dan solidaritas antarumat manusia. Persaudaraan menjadi landasan berempati terhadap yang menderita lewat imajinasi dan sikap dermawan.
 
Pada saat virus korona menyerang siapa saja tanpa membedakan status sosial, jika masih ada kaum yang meminta fasilitas mewah, kaum itu sesungguhnya miskin imajinasi kemanusiaan. Eloknya wakil rakyat tak minta fasilitas isoman di hotel pada saat rakyat menderita isoman di rumah masing-masing.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Pilar Virus Korona DPR RI covid-19 Isolasi Mandiri Pasien Covid-19 pandemi covid-19 Satgas Covid-19 Penularan covid-19 Pengidap Covid-19 PPKM Darurat

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif