Ilustrasi kegiatan di pesantren. Foto: MI/Bary Fathahilah
Ilustrasi kegiatan di pesantren. Foto: MI/Bary Fathahilah (M Tata Taufik)

M Tata Taufik

Pimpinan Pondok Pesantren Modern Al-Ikhlash, Kuningan, Jawa Barat

Membicarakan Pesantren di Trabzon Turki

M Tata Taufik • 07 Desember 2021 14:55
PADA 11 November 2021 lalu saya berkesempatan mengikuti seminar internasiomal yang diselenggarakan oleh al-Mahfal al-Ilmi al-Duwali (The International Scientific Forum). Ada beberapa forum kajian. Saat itu saya memilih forum ilmu pendidikan dan psikologi.
 
Biasanya, dalam beberapa kesempatan, saya memilih kajian keahlian di bidang media dan komunikasi Islam, menyesuaikan dengan bidang keahlian. Untuk kali ini, dalam kapasitas sebagai Ketua Perhimpunan Pengasuh Pesantren Indonesia (P2I) dan sebagai pimpinan Pondok Pesantren Modern Al-Ikhlash, saya sengaja memilih kajian pendidikan dan psikologi.
 
Tujuan mengikuti seminar ini tiada lain untuk menyosialisasi pesantren di dunia Internasional. Seperti sudah dimaklumi bersama bahwa pesantren merupakan pendidikan tertua di Indonesia. Hanya, di dalam negeri sendiri, masih belum mendapatkan tempat yang meluas di hati masyarakat pengguna pendidikan.
 
Bahkan, dalam regulasi pemerintahan, pengakuan atas lulusan pesantren baru muncul pada 1998. Kemudian disusul 2003 melalui UU Sisdiknas dan PP 55 Tahun 2007. Berlanjut dengan Peraturan Menteri Agama Tahun 2014 dan terakhir UU No 18 Tahun 2019 tentang Pesantren. Sebenarnya, banyak sisi kelebihan yang bisa diangkat dari pesantren untuk kemudian ditawarkan sebagai model pendidikan unggulan. Ambil contoh bagaimana pesantren menerapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi untuk mendidik para santrinya.
 
Dalam pendidikan pesantren, ada dua kegiatan utama. Pertama mencari pengetahuan melalui bahan ajar yang diajarkan di pesantren dengan kurikulumnya.Kedua, mempelajari berbagai kemahiran dan kecakapan melalui berbagai kegiatan yang bersinergi dengan kurikulum pesantren. Terintegrasi dalam suatu sistem pendidikan antara teoretis dan praktis.
 
Kedua kegiatan itu lalu dihubungkan dengan higher order thinking skills (HOTS). Terdiri atas rentetan kemampuan intelektual yang dimulai dari menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
 
Para ahli berpendapat bahwa HOTS hanya bisa dicapai dengan kegiatan tersendiri. Artinya, harus dibuat kegiatan yang dapat menggerakkan kemampuan berpikir tingkat tinggi para siswa, sehingga bisa mengasah kemampuan mereka dalam berpikir. Pada akhirnya mampu membuat kreasi baru.
 
Kemampuan berpikir tingkat tinggi yang sekarang banyak dipakai dan dijadikan pedoman dalam menentukan kurikulum pendidikannya di berbagai negara di dunia ini, lebih mengarah kepada kemampuan dalam segi perekonomian. Kurang mengarah kepada pembekalan skill yang bertemakan permasalahan kehidupan secara holistik.
 
Pertanyaannya, bagaimana pendidikan di pondok pesantren? Apakah telah menerapkan metode dan teori pendidikan kontemporer?
 
Apakah proses belajar mengajar pondok pesantren yang baru dilaksanakan menerapkan keterampilan berpikir tinggi? Bagaimana penerapan keterampilan berpikir tinggi di pondok pesantren? Pertanyaan-pertanyaan itu bisa dijadikan bahan pengkajian pendidikan pesantren.
 
Pertanyaan itu juga bisa dijawab dengan metode induktif analisis deskriptif introspektif tentang bagaimana menerapkan keterampilan berpikir tinggi dengan mengamati secara saksama kegiatan di pondok pesantren. Mulai dari kegiatan belajar mengajar hingga kegiatan sehari-hari santri.
 
Dari pendekatan itu terlihat model penerapan keterampilan berpikir tinggi di pondok pesantren modern dan keunggulannya. Dari sini akan terlihat juga bagaimana pesantren menerapkan HOTS dalam pendidikan para santrinya, sehingga tergambar praktik pendidikan sebagai berikut:
 
Pertama, kegiatan belajar mengajar di pondok pesantren modern merupakan perpaduan antara belajar untuk mencari ilmu dan belajar untuk memperoleh beberapa keterampilan. Kedua, pesantren modern telah menerapkan metode belajar mengajar modern yang didukung oleh berbagai kegiatan dan fasilitas pendukung.
 
Ketiga, bahwa pembelajaran di pondok pesantren mengarah pada perolehan dan pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
 
Dan keempat keterampilan berpikir tingkat tinggi dilaksanakan melalui:
(1) Penyusunan kurikulum yang dipadukan dengan kegiatan pendidikan di luar kelas, tetapi dilaksanakan di dalam kampus.
(2) Melibatkan siswa dalam kegiatan pendidikan: dalam merumuskan peraturan sekolah, peraturan atau disiplin, serta melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan. Pengawasan terhadap mahasiswa dan kegiatannya dilakukan oleh pengurus organisasi sesuai dengan bidang peminatannya.
(3) Adanya keteladanan kepala sekolah dan guru.
(4) Menugaskan siswa untuk tugas dan proyek pendidikan yang akan mengembangkan pemikiran kreatif siswa di lapangan.
 
Secara lebih dalam lagi bisa dilihat bahwa pondok pesantren memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut:
(1) Ada tokoh sentral yang dihormati dan dipatuhi.
(2) Ada contoh penerapan pengetahuan teoretis pada tataran praktis yang berkelanjutan selama 24 jam sehari.
(3) Tersedianya waktu yang cukup untuk mempelajari, memahami, dan memperdalam ilmu yang diajarkan.
(4) Tersedianya kesempatan untuk mengamalkan berbagai ilmu yang diperoleh melalui media praktik yang luas sesuai dengan bidang studinya dalam bentuk partisipasi langsung dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan.
(5) Tersedianya kesempatan bertanya kepada kiai dan pengawas guru.
(6) Adanya budaya menghormati kayyali, guru dan siswa senior.
(7) Menghidupi tradisi dengan latar belakang yang beragam dan bersedia hidup bersama.
(8) Tersedianya suasana tolong-menolong dari sesama penghuni pondok pesantren.
(9) Lingkungan yang cocok untuk belajar dan beribadah.
 
Selanjutnya, untuk pemahaman yang komprehensif tentang penerapan pembelajaran berbasis keterampilan berpikir tingkat tinggi di pondok pesantren, diperlukan penelitian yang lebih spesifik. Penelitian lebih lanjut dapat diarahkan pada berbagai aspek. Seperti menerapkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan disiplin; atau aspek peran siswa dewasa dalam mengembangkan kemampuan berpikir siswa; dan kegiatan sekolah sebagai upaya menerapkan pemikiran tingkat tinggi; serta aspek lain yang digali dari berbagai dimensi kehidupan di pesantren sebagai komunitas pendidikan.
 
Penelitian lanjutan ini akan memperkaya informasi tentang pondok pesantren terpadu. Sehingga, citra pendidikan pondok pesantren sebagai model pendidikan modern dapat diakui oleh banyak pihak terkait, terutama pemangku kepentingan di bidang pendidikan dan pakar pendidikan baik secara nasional maupun internasional.[]
 
*M Tata Taufik, Pimpinan Pondok Pesantren Modern Al-Ikhlash, Kuningan, Jawa Barat

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Pilar pendidikan pesantren Pendidikan Dasar Pendidikan Karakter Pendidikan Agama

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif