Acara ini turut menghasilkan lebih dari 10 memorandum kerja sama antara lembaga ilmiah dan budaya dari negara peserta. Isinya akan menjadi dasar untuk menjalankan kolaborasi riset dan inisiatif pelestarian warisan budaya kawasan.
Selama tiga hari, para peserta konferensi membahas langkah konkret untuk menjaga warisan spiritual dan sejarah kawasan. Topik yang dibahas meliputi konservasi manuskrip kuno, digitalisasi arsip, pemanfaatan AI dalam riset humaniora, hingga pengembangan diplomasi
budaya dan kerja sama pendidikan lintas negara.
Presiden Uzbekistan, Shavkat Mirziyoyev, membuka kongres dengan menekankan pentingnya ilmu pengetahuan, pembelajaran sejarah, dan dialog budaya sebagai fondasi perdamaian. Ia mengingatkan menjaga stabilitas menjadi semakin mendesak di tengah konflik global
saat ini.
“Di masa yang sangat sulit ini, tugas kita yang paling mendesak adalah memelihara perdamaian,” ujar Shavkat dalam siaran pers, Senin, 1 Desember 2025.
Pidato tersebut mendorong para delegasi untuk mulai menyusun rancangan resolusi Majelis Umum PBB yang mengakui kontribusi peradaban Islam Asia Tengah terhadap perkembangan pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya dunia. Kongres juga mengumumkan dukungan bagi Kelajak Merosi International Award yang baru diinisiasi Presiden Mirziyoyev.
Penghargaan ini mengapresiasi individu dan organisasi yang berperan besar dalam melestarikan warisan ilmiah dan spiritual masyarakat Asia Tengah dan Azerbaijan. Sementara itu, Direktur Center for Islamic Civilization, Firdavs Abdukhalikov, menegaskan Asia Tengah sejak lama menjadi pusat lahirnya pemikiran ilmiah dan tradisi budaya yang memadukan pengetahuan dan nilai keagamaan.
Salah satu peristiwa penting dalam konferensi adalah pemindahan naskah bersejarah Mushaf Utsmani dari Museum Madrasah Muyi Mabrook ke Center for Islamic Civilization. Mushaf Utsmani adalah salah satu manuskrip Al-Qur’an tertua di dunia yang diakui UNESCO.
Mulai tahun ini, Muftiate (lembaga resmi yang mengelola urusan keagamaan Islam di Uzbekistan) juga akan menjalankan kegiatannya dari blok khusus yang disiapkan di dalam kompleks tersebut.
Kongres diselenggarakan oleh Center for Islamic Civilization, bersama institusi lain termasuk Komite Urusan Keagamaan (Committee for Religious Affairs), dan Administrasi Spiritual Muslim Uzbekistan (Spiritual Administration of Muslims of Uzbekistan). Center for Islamic Civilization merupakan sebuah kompleks budaya dan ilmiah yang dibangun di Tashkent, dengan tujuan utama untuk menjadi pusat studi dan pameran peradaban Islam di dunia.
Kompleks ini akan dibuka untuk publik pada Maret 2026 sebagai pusat pendidikan, penelitian, dan dialog budaya internasional. Lokasinya berada di kawasan bersejarah Tashkent dan berdampingan dengan Masjid Hazrati Imam.
Kompleks tiga lantai ini memiliki kubah setinggi 65 meter, dengan area museum utama mencapai sekitar 15.000 meter persegi. Pusat ini juga menampung laboratorium restorasi dan digitalisasi, perpustakaan dengan lebih dari 200 ribu publikasi unik, serta kantor organisasi internasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News