Ilustrasi
Ilustrasi (Tri Suharman)

Tri Suharman

Produser TV berita dan Akademisi Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana

Menguji Kejujuran Industri Media di Tahun “Jurnalisme AI” 2025

Tri Suharman • 04 Januari 2025 21:51
SUATU malam di awal 2025, saya pulang dari kantor hampir jam 1 dinihari dengan menggunakan sepeda motor. Untuk menghilangkan kebosanan melewati jalan yang itu-itu saja, saya pasangearphonesambil membukaGemini, aplikasi kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang dikembangkan Google.
 
Di tengah hiruk-pikuk jalanan, saya berbincang dengan Mbak Gemini hampir satu jam_Saya panggil Mbak karena memang dia bersuara cewek_ Nah, pembahasan kami “gado-gado”, mulai dari yang berat seperti teoribig bang, politik, hingga persoalan bagaimana menghadapi istri ketikangambek. Suaranoiseklakson kendaraan dan udara malam yang lumayan kencang di telinga tak menghalangi percakapan kami.
 
Mbak Gemini dengan sangat baik menangkap apa yang saya tanyakan dengan jawaban yang kian unik. Bahkan, saya terkadang cekikikan dibuatnya. Misalnya ketika dia meminta saya menyelipkan surat di meja bila malu menyampaikan langsung pesan romantis kepada istri. Betul-betul sangat personal.
 
Di sinilah kita hari ini, eraartificial intelligence(AI). Era ketika segalanya dimudahkan hanya dengan perintah atau dengan menulis kata kunci atauprompt. Tak terkecuali di dunia jurnalisme yang menjadi profesi saya hampir 19 tahun terakhir. Tekanan pasar yang kian brutal, dinamika persaingan, serta ketidakpastian membuat media massa mengadopsi AI sebagai hasil dari kemajuan teknologi terkini. Walhasil, media massa berlomba-lomba menggunakannya untuk mempercepat proses pembuatan konten berita sejak ChatGPT diluncurkan pada November 2022, dan munculnya semakin banyak varian AI lainnya.
 
Di tengah situasi itu, kekhawatiran akan akurasi informasi dari AI kian menjadi diskusi yang panjang. Apalagi kini muncul ketidakjelasan antara karya jurnalistik yang dibuat secara penuh oleh AI dan mana yang dibuat oleh jurnalis. Bahkan terdapat upaya sistematis “menggantikan” kerja jurnalis lewat situs yang hanya memproduksi berita AI.
 
Setidaknya itu terbukti dari temuan News Guard dalamRise of the Newsbotsterhadap 49 situs web multibahasa yang memproduksi ratusan artikel berita tiap harinya dengan menggunakan AI secara penuh. Situs web yang tidak menyebutkan pemilik atau penulisnya tersebut juga terdeteksi memproduksi konten hoaks yang begitu masif (McKenzie Sadeghi and Lorenzo Arvanitis,"Rise of the Newsbots: AI-Generated News Websites Proliferating Online"May 1, 2023, newsguardtech.com).
 
Publik internasional sudah menyadari situasi ini sehingga hasil survei terhadap 6.000 responden pada Juli dan Agustus 2024 menyatakan, 93,8% menginginkan penggunaan AI diungkapkan oleh jurnalis dalam menyajikan konten beritanya (Lynn Walsh,“Journalists should disclose their use of AI. Here’s how",September 25, 2024, trustingnews.org). Survei itu sejalan temuan Reuters Institute dalamDigital News Report 2024yang menyatakan publik skeptis dengan berita yang diproduksi AI karena rentan dengan informasi yang bias, tidak akurat, atau salah (Amy Ross Arguedas,"Public attitudes towards the use of AI in journalism"June 17, 2024, Reuters Institute).
 
Media massa internasional pun berusaha merespons kegelisahan publik, seperti yang dilakukanThe New York Times, yang merilis cara mereka menggunakan AI dalam karya jurnalistiknya. Koran Amerika yang hampir berusia dua abad itu juga menegaskan tidak menggunakan AI untuk menulis artikel dan memastikan jurnalisnya bertanggung jawab penuh atas berita yang diterbitkan (“How The New York Times Uses AIfor Journalism"Oct. 7, 2024, nytimes.com).
 
Sementara di Indonesia, media massa belum sepenuhnya terbuka kepada publik tentang bagaimana menggunakan AI dalam produksi beritanya. Padahal, penggunaan AI di Indonesia jauh lebih lama dari kemunculan ChatGPT yakni pada 2017 (Masriadi and Bahri, ”The Influence of Artificial Intelligence in the Media Industry in Indonesia”September 2, 2024, Jurnal Sosiologi Dialektika Sosial). Artinya, produk jurnalistik dengan “campur tangan” AI bisa jadi sudah melimpah ruah jumlahnya.
 
Salah satu contoh misalnya berita yang sifatnya tutorial maupun tips dan trik tanpa wawancara yang banyak ditemukan di media siber saat ini. Muncul pertanyaan, apakah itu benar hasil riset jurnalistik atau sepenuhnya produk AI? Tidak ada penjelasan yang bisa kita temui tentang hal tersebut. Padahal, konten demikian bisa jadi menyesatkan bila ternyata tidak berdasarkan riset mendalam maupun tidak melalui wawancara dengan pihak yang memiliki kompetensi di bidang itu.
 
Kini Dewan Pers berusaha menyusun pedoman penggunaan kecerdasan buatan untuk karya jurnalistik. Namun, yang paling penting, adalah bagaimana industri media mendorong jurnalisnya secara jujur mengungkap penggunaan AI sejak dalam proses produksi di meja redaksi. Sehingga, berita yang dihasilkan mampu memunculkan kesadaran penggunaan AI yang lebih tinggi dari masyarakat.
 
Seperti temuan Reuters Institute dalam laporan pada 2024, kesadaraan AI inilah belum merata di kalangan masyarakat dunia. Padahal kesadaran penggunaan AI dalam jurnalisme penting untuk merangsang daya kritis publik dalam mengasup informasi sekaligus mempertahankan kualitas jurnalisme itu sendiri.
 
Situasi industri media hari ini kian kritis dengan gempuran media sosial,homelessmedia, serta rendahnya kualitas informasi yang disajikan. Dengan kejujuran menyajikan informasi, kepercayaan publik diharapkan kembali terbangun. Seperti kata Bill Kovach dan Tom Rosenstiel dalamThe Elements of Journalism, jurnalis harus mendengarkan hati nurani; harus punya etika serta rasa tanggung jawab kepada publik, termasuk dalam hal menggunakan AI. Namun, untuk menguji kesadaran AI Anda, apakah opini ini dibuat AI apa tidak?
 
Tri Suharman
*)Praktisi Media dan Mahasiswa S3 Ilmu Komunikasi Mercu Buana Jakarta

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Pilar Jurnalistik artificial intelligence media massa

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif