Ia memberikan pertanyaan dalam bahasa yang mudah dimengerti, mendengar dengan sabar, dan mengajukan pertanyaan lebih lanjut untuk klarifikasi. Intonasi suaranya datar, sesekali menurun lalu meninggi.
Terus terang, faktor hakim Wahyu itulah yang membuat saya sampai sekarang masih setia mengikuti persidangan kasus Brigadir J yang digelar mulai 17 Oktober 2022. Saya mengikutinya lewat siaran televisi atau menonton di YouTube.
Pada mulanya kasus penembakan Brigadir J pada 8 Juli 2022 menarik perhatian karena diliputi misteri. Polisi tembak polisi di rumah dinas jenderal polisi. Misteri terkuak satu bulan kemudian saat Bharada Richard Eliezer Pudihang Lumiu menuliskan sendiri pengakuannya yang diumumkan pada 9 Agustus 2022. Eliezer membuat pengakuan bahwa tidak terjadi tembak-menembak di rumah dinas Ferdy Sambo di Kompleks Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan. Pengakuan Eliezer membuat terang benderang kasus penembakan Brigadir J.
Tatkala kasus pembunuhan berencana Brigadir J terang benderang, yang ditunggu-tunggu ialah putusan hakim. Apakah hakim menjatuhkan hukuman mati terhadap mereka yang diduga melakukan pembunuhan berencana sesuai dakwaan jaksa penuntut umum?
Pada saat perjalanan kasus Brigadir J itu melandai, kepemimpinan Wahyu membetot perhatian. Wahyu tidak mampu menyembunyikan keterusterangannya atas jawaban para saksi atau terdakwa di persidangan. Ia bicara apa adanya atas jawaban ada apanya dari saksi atau terdakwa.
Wahyu berterus terang atas sikapnya yang meragukan kesaksian Ferdy Sambo pada sidang 7 Desember 2022. ”Saya selalu katakan, saya tidak butuh pengakuan. Tapi, karena saudara di sini disumpah, maka ceritakan yang saudara ketahui,” kata Wahyu.
Baca Juga:Hasil Tes Poligraf Bharada E dan Ricky Rizal Paling Jujur |
Ia juga meragukan keterangan Ricky Rizal pada persidangan 5 Desember 2022. Ia sempat mengingatkan Ricky yang memiliki istri dan anak. ”Cobalah kamu ingat anak istrimu. Mereka di sana mendoakan kamu untuk mendapat keringanan. Dengan seperti ini, kamu mencoba mengaburkan peristiwa ini. Saya ingatkan, saya tidak butuh pengakuan saudara karena sedari awal jelas kasus ini terbuka karena kesaksian dari Eliezer,” kata Wahyu.
Pada kesempatan lainnya, Wahyu menuduh Susi, asisten rumah tangga Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi, berbohong ketika memberikan keterangan dalam persidangan akhir Oktober.
“Inilah kalau ceritanya setting-an, ya seperti ini. Kau anggap kami bodoh. Ketika Putri tergeletak, saudara berharap siapa pun yang mendengar untuk membantu membawa ke tempat tidur. Tapi saudara malah bercerita Kuat berantem dengan Yosua. Kan lucu, enggak masuk di akal cerita itu,” kata Wahyu.
Wahyu juga sempat menyebut saksi Kuat Ma’ruf buta dan tuli pada persidangan 5 Desember 2022. “…. Tapi kalian karena buta dan tuli, maka saudara tidak melihat dan tidak mendengar, kan itu yang ingin saudara sampaikan.”
Pernyataan buta dan tuli itulah yang mendorong tim kuasa hukum terdakwa Kuat Ma’ruf yang diwakili oleh Irwan Irawan pada 8 Desember 2022 melaporkan Wahyu ke Komisi Yudisial. Irwan mengatakan pihaknya melaporkan Wahyu terkait kode etik.
Kode etik menuntut hakim berperilaku adil. Penerapan berperilaku adil antara lain hakim dilarang bersikap, mengeluarkan perkataan atau melakukan tindakan lain yang dapat menimbulkan kesan memihak, berprasangka, mengancam, atau menyudutkan para pihak atau kuasanya, atau saksi-saksi, dan harus pula menerapkan standar perilaku yang sama bagi advokat, penuntut, pegawai pengadilan atau pihak lain yang tunduk pada arahan dan pengawasan hakim yang bersangkutan.
Apakah Wahyu sudah offside? Komisi Yudisial terlebih dahulu melakukan verifikasi, apakah laporan tersebut memenuhi syarat untuk ditindaklanjuti atau tidak. Laporan itu harus dianggap sebagai hak terdakwa.
Biarkan Komisi Yudisial memeriksa dan memutuskan laporan Kuat. Meski demikian, pertanyaan dan sikap yang ditunjukkan Wahyu selama persidangan berlangsung telah mewakili perasaan publik.
Terus terang, bagi saya, persidangan kasus pembunuhan berencana Brigadir J menarik sebagai tontonan. Jawaban dan tingkah laku para terperiksa yang lebih lucu dari Srimulat itu muncul sebagai reaksi dari keterampilan bertanya hakim Iwan Santosa. Sang hakim ketua pantas menjadi idola baru untuk menghadirkan keadilan.