Editorial Media Indonesia
Editorial Media Indonesia ()

Membendung Efek Turki

16 Agustus 2018 07:31
BUKAN sebuah isu baru bahwa eskalasi ketidakpastian perekonomian global hari-hari ini semakin meningkat di tengah dinamika pertumbuhan ekonomi dunia yang tidak merata. Perlambatan demi perlambatan yang dialami sejumlah negara jadi penanda bahwa ketidakpastian itu masih jadi momok sekaligus mengonfirmasi bahwa ekonomi global belum pulih dari sakitnya.
 
Yang terkini, perlambatan ekonomi Turki sebagai akibat terjerembapnya lira, mata uang mereka, hingga lebih dari 40% sejak awal tahun ini, kian membawa eskalasi itu menuju titik yang betul-betul perlu diwaspadai semua negara. Terutama oleh negara-negara berkembang, dan Indonesia tentu saja menjadi salah satunya.
 
Diakui atau tidak, jatuhnya lira telah ikut mendorong kurs rupiah bergerak melemah sampai menyentuh 14.600 per dolar AS, pekan lalu. Fakta tersebut, seperti dikatakan Menteri Keuangan Sri Mulyani, menuntut kewaspadaan tinggi dari pemerintah.
 
Kemarin, Bank Indonesia telah pula menjadikan isu gejolak di Turki sebagai salah satu pertimbangan keputusan mereka kembali menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 5,5%. Bank sentral sepertinya tak mau mengambil risiko sekecil apa pun dari perlambatan di Turki tersebut. Terlebih gejolak itu terjadi ketika dunia sedang dibayangi ketegangan perang dagang AS dengan sejumlah negara, dan ekonomi domestik sedang 'dihajar' dengan defisit transaksi berjalan yang melebar karena meningkatnya impor.
 
Secara umum, Indonesia sebetulnya tak perlu cemas terlalu berlebihan menyikapi kemungkinan dampak dari dinamika ekonomi Turki, atau bahkan dampak dari gejolak ekonomi global sekalipun. Di luar soal defisit perdagangan dan adanya goyangan di pasar finansial, ketahanan ekonomi Indonesia diyakini cukup kuat. Keyakinan itu didukung indikator fundamental yang sehat, seperti ekonomi yang bertumbuh baik, inflasi rendah, dan cadangan devisa yang lumayan tebal.
 
Akan tetapi, kita juga tak boleh kelewat jemawa. Dengan banyaknya sentimen dan persepsi yang terus berkeliaran di dalam ruang-ruang pasar global, kita tidak tahu seperti apa proyeksi perekonomian dunia di masa mendatang. Mungkin belum saat ini, tapi ketidakpastian global boleh jadi bakal menciptakan guncangan perekonomian domestik bila pemerintah tak mampu menjaga modal fundamental saat ini.
 
Harus kita ingatkan pula bahwa Turki bisa tersungkur seperti saat ini bukan semata persoalan terdepresiasinya mata uang mereka sebagai imbas dari ketegangan dengan AS. Masalah Turki sangatlah kompleks karena persoalan politik dan keamanan telah memengaruhi perekonomian domestik di sana.
 
Ini mesti menjadi pelajaran buat Indonesia yang kini berada di tengah-tengah tahun politik. Sudah menjadi rumus umum bahwa stabilitas ekonomi hanya akan dapat dicapai ketika fondasi makroekonomi yang kuat berpadu dengan kestabilan politik dan keamanan. Ekonomi akan bergerak, investasi bakal bertumbuh, dan hantaman eksternal bisa ditangkal bila dua faktor itu bisa diintegrasikan.
 
Suhu politik nasional hampir pasti bakal memanas sepanjang tahun ini dan tahun depan. Namun, jika kita mampu menjaga ritme dinamika politik itu secara produktif dan lebih mengedepankan stabilitas, kita patut optimistis sektor ekonomi tetap menggeliat dan jauh dari apa yang terjadi di Turki saat ini.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Oase krisis turki

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif