Mengutip Xinhua, Sabtu, 6 Oktober 2018, kondisi menandai kenaikan tajam dibandingkan dengan posisi 17,9 persen pada Agustus dan 11,2 persen pada September tahun lalu. Data yang diumumkan lebih buruk dari yang diperkirakan oleh para analis. Ini juga menunjukkan bahwa inflasi meningkat menjadi 6,3 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Dalam sinyal bahwa inflasi kemungkinan akan meningkat lebih lanjut dalam beberapa bulan ke depan, harga produsen naik sebesar 46,2 persen secara tahun ke tahun. Sedangkan mata uang Turki telah kehilangan hampir 40 persen nilainya terhadap USD sejak awal tahun, mendorong naiknya biaya bensin dan gas serta impor lainnya.
"Tren harga konsumen ini kemungkinan akan berlanjut dalam beberapa bulan mendatang," kata Analis Keuangan Enver Erkan dalam sebuah catatan kepada investor.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Turki Berat Albayrak telah memangkas target pertumbuhan ekonomi negara itu dan berjanji untuk memotong belanja publik hampir USD10 miliar. Kebijakan itu diambil karena Turki berusaha membangun kembali kepercayaan pasar yang hancur dan menemukan jalan keluar dari krisis mata uang.
Para investor menyambut baik keputusan dari Berat Albayrak, yang bertanggung jawab atas ekonomi, untuk mengurangi proyeksi pertumbuhan menjadi 3,8 persen pada 2018 dan 2,3 persen pada 2019. Target sebelumnya 5,5 persen untuk kedua tahun tersebut. Perubahan proyeksi sejalan dengan terjadinya krisis mata uang.
Lira Turki mengalami gejolak setelah pengumuman itu, tetapi pertengahan sore diperdagangkan pada 6,25 terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Mata uang Turki telah kehilangan 40 persen nilainya terhadap greenback sejak awal tahun ini. Bulan lalu Turki jatuh ke dalam krisis mata uang besar-besaran setelah berselisih dengan AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News