()

Memperkuat Mitigasi Bencana

05 Maret 2016 08:06
SEJAK kecil orang Indonesia sudah akrab dengan ungkapan 'sedia payung sebelum hujan'. Kita semua pun tahu betul makna ungkapan tersebut. Namun, mengetahui makna belum tentu mengamalkannya dalam keseharian. Ketika ungkapan itu semestinya menjadi pedoman dalam mengantisipasi bencana, misalnya, nyatanya kita cenderung tidak serius mengindahkannya. Coba saja lihat peristiwa yang baru Rabu (2/3) lalu terjadi. Gempa berkekuatan 7,8 pada skala Richter mengguncang wilayah Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat.
 
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika sempat mengumumkan kemungkinan terjadi tsunami. Kepanikan melanda Padang, lokasi padat penduduk yang cukup dekat dari Mentawai. Warga tumpah ruah ke jalan-jalan dalam kondisi bingung hingga menimbulkan kekacauan. Suara klakson mobil berpadu dengan jeritan orang selama beberapa menit.
 
Di Pulau Mentawai keadaan justru masih lebih teratur. Begitu mendapatkan pesan singkat dari BMKG yang dikirim melalui ponsel, warga langsung beranjak ke kawasan perbukitan. Tidak ada sirine dari alat peringatan dini yang memberi tanda. Hanya ada tokoh-tokoh agama yang memandu warga mengungsi dengan menggunakan pengeras suara di masjid-masjid dan gereja.
 
Barangkali kondisi di Mentawai bisa lebih teratur karena jumlah penduduknya jauh lebih sedikit ketimbang di Kota Padang. Kesigapan para tokoh agama di Mentawai patut mendapat acungan jempol. Beruntung pula tsunami besar tidak jadi bertandang. Bencana yang menelan korban jiwa pun terhindarkan. Akan tetapi, sampai kapan kita menggantungkan diri pada keberuntungan? Lagi-lagi kemampuan Indonesia untuk memitigasi bencana terbukti sangat lemah. Babak belur dalam mengatasi bencana asap tahun lalu, ternyata tidak juga menyadarkan kita. Evaluasi pascagempa Mentawai mengungkap sedikitnya seperlima alat sistem peringatan dini yang terpasang di pesisir Sumatra Barat ternyata tidak berfungsi. Itu baru di wilayah Sumatra Barat.
 
Kalaupun alat-alat tersebut berfungsi, kebanyakan pihak berwenang tidak memanfaatkannya untuk memberi peringatan kepada warga. Mereka seakan tidak peduli pada keselamatan penduduk yang menjadi tanggung jawab mereka. Seperti biasa, yang terjadi berikutnya ialah saling lempar tanggung jawab. Ketiadaan prosedur operasi standar dalam kondisi bencana menguatkan alasan untuk itu. Belum lagi masalah klasik kekurangan anggaran sehingga membuat perangkat sistem peringatan dini tidak dipelihara dengan baik.
 
Semua masalah tersebut menunjukkan ketidakseriusan pemerintah dari tingkat pusat hingga daerah dalam memitigasi bencana. Tampaknya sikap pasrah lebih dikedepankan. Kita enggan mengerahkan segala daya upaya untuk mengantisipasi dan memilih ribut belakangan. Sikap pasrah dan kondisi alamiah Indonesia yang berada dalam ancaman gempa, tsunami, dan erupsi gunung berapi bukan kombinasi yang menenteramkan. Jika itu yang terus dipelihara, berikutnya akan muncul anggapan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa terpuruk ke dalam kekeliruan serupa. Di saat itu pula ungkapan 'sudah nasib' lebih mendarah daging ketimbang 'sedia payung sebelum hujan'.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Oase bencana

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif