()

Kambing Hitam Human Error

02 Juli 2015 06:07
MINIMNYA anggaran kerap menjadi kendala utama bagi peremajaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI yang sudah tua. Untuk mengadakan alutsista baru, TNI tidak saja membutuhkan anggaran besar, tetapi juga proses berliku dan memakan waktu. Padahal, kebutuhan operasional alutsista dari waktu ke waktu tidak pernah bisa menunggu.
 
Untuk menyiasati keadaan itu, kompromi pun kerap harus ditempuh. Alutsista renta yang semestinya sudah dikandangkan tetap saja dioperasikan. Alutsista itu 'diremajakan' dengan perawatan yang dioptimalkan, termasuk salah satunya dengan mengganti suku cadang asli yang sudah tidak lagi diproduksi dengan suku cadang palsu, yang bisa diperoleh dengan harga miring di pasar gelap.
 
Jatuhnya pesawat Hercules C-130 tipe B di Medan, Sumatra Utara, Selasa (30/6), kita khawatirkan, baik langsung maupun tidak, berkaitan dengan praktik penggunaan suku cadang palsu tersebut. Kekhawatiran itu bukan tanpa alasan. Pesawat buatan AS dengan mesin turboprop yang diduga mengalami kerusakan teknis setelah 2 menit tinggal landas dari Lanud Soewondo, Medan, itu jelas merupakan pesawat yang terlalu renta untuk dioperasikan.
 
Pesawat itu diproduksi pada 1964, atau telah berumur 51 tahun saat jatuh. Dengan usia setua itu, sulit bagi bagian perawatan pesawat untuk mendapatkan suku cadang yang asli, yang sudah selayaknya diganti. Yang berlangsung kemudian ialah penggunaan suku cadang seadanya yang dapat diperoleh bahkan di pasar gelap untuk menopang desakan operasional. Kita menduga, sudah banyak suku cadang dari pesawat itu yang telah diganti dengan suku cadang yang tidak asli mengingat ketiadaan pasokan dan juga keterbatasan anggaran. Namun, akibatnya kemudian sungguh fatal dan menyedihkan, seperti yang terjadi dengan pesawat Hercules yang jatuh di Medan tersebut. Sesungguhnya, kita pernah mengkhawatirkan dan mengingatkan akibat penggunaan suku cadang palsu tersebut.
 
Itu terjadi saat tim Polda Jawa Barat menemukan suku cadang ilegal pesawat di kawasan Caringin, Bandung, Jawa Barat, Maret lalu. Dari hasil penggeledahan, petugas mendapati sembilan item suku cadang pesawat. Seorang anggota sindikat, ketika itu, mengaku barang yang ia jual merupakan barang besertifikat palsu dan juga suku cadang yang sudah direkondisi.
 
TNI-AU pun sebulan kemudian menghentikan kerja sama dengan empat perusahaan yang menjadi rekanan dalam pengadaan suku cadang pesawat. Pasalnya, empat perusahaan itu kedapatan menyediakan suku cadang dengan cara ilegal. Kita mengapresiasi sikap tegas TNI-AU itu. Namun, kita khawatir sebelum keputusan itu diambil, sudah banyak suku cadang ilegal yang telanjur dipergunakan akibat desakan operasional.
 
Anehnya, meski pesawat sudah renta dengan suku cadang yang mungkin aspal, pernyataan resmi tetap menyebutkan pesawat laik terbang. Itu sama saja dengan menyalahkan faktor manusia sebagai penyebab kecelakaan. Kita tidak ingin jatuhnya pesawat Hercules itu dikambinghitamkan seluruhnya kepada pilot dan seluruh teknisi yang sudah meninggal dengan label human error.
 
Bagaimanapun, ada faktor teknis akibat suku cadang palsu dan ilegal yang dipaksakan bagi pesawat renta. Sudah tepat TNI-AU mengandangkan seluruh pesawat Hercules untuk mencegah musibah lain. Namun, pengadaan alutsista baru di TNI-AU jelas sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Oase alutsista

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif