1. Mandela: Long Walk to Freedom (2013)
Nelson Mandela lahir di tahun 1918 dan meninggal dunia tahun 2013 lalu. Kala itu seluruh dunia berduka cita sangat dalam. Jutaan orang di Afrika Selatan turun ke jalan, menangis, mengirim karangan bunga, dan menyalakan lilin di tengah ibukota Afrika Selatan, Johannesburg.Tidak kurang dari 100 pemimpin negara besar dari seluruh dunia meluangkan waktunya untuk menghadiri acara pemakaman dari Nelson Mandela. Rasanya belum pernah terjadi dalam sejarah dunia, ada kematian seorang individu yang berhasil mendatangkan ratusan pemimpin dunia secara langsung dan serentak, dari level presiden, perdana menteri, hingga ratu dan raja.
Namun di tengah trending Twitter worldwide yang dipenuhi ucapakan dukacita, respons dari netizen Twitter Indonesia dipenuhi oleh satu keyword yang sangat memilukan:
“Siapa sih Nelson Mandela?”
Nah, bagi siapapun yang selama ini belum pernah mengenal tokoh Mandela, film ini sangat disarankan untuk ditonton. Sebagai gambaran singkat, pada awal abad 20 di Afrika Selatan diberlakukan kebijakan apartheid, yaitu segregasi ras dan diskriminasi terhadap manusia kulit berwarna.
Artinya, warga kulit berwarna (sebagian besar warga berkulit hitam) mendapatkan hak dan perlakuan hukum yang tidak adil dengan warga kulit putih. Dari mulai fasilitas umum, kebijakan publik, hak berpolitik, sampai rumah sakit sekalipun dibedakan antara warga kulit putih dengan warga kulit berwarna.
Dalam hal ini, Mandela adalah simbol perlawanan masyarakat untuk menumbangkan sistem apartheid di Afrika Selatan dan juga segala bentuk diskriminasi ras di seluruh dunia. Perjuangan Mandela ini menjadi tontonan sekaligus menuai simpati dari seluruh dunia selama puluhan tahun.
Puncaknya adalah ketika Mandela pada tahun 1994 (umur 76 tahun) dinobatkan menjadi presiden berkulit hitam pertama di Afrika Selatan, setelah sebelumnya diasingkan dalam pemenjaraan selama 27 tahun di negaranya sendiri! Nah, semoga dengan rekomendasi film ini, tidak ada lagi kaum intelektual muda Indonesia yang tidak tahu siapa itu Nelson Mandela.
2. Seven Years in Tibet (1997)
Film biografi tentang Heinrich Harrer (1912-2006). Seorang pendaki gunung, penjelajah, dan petualang legendaris asal Austria. Film ini mengisahkan bagaimana Harrer terjebak selama 7 tahun di dataran Tibet, setelah sebelumnya ia ditangkap atas tuduhan keanggotaan Nazi saat menjalani ekspedisi Himalaya.Selama tujuh tahun di Tibet ini, Harrer mengalami banyak hal luar biasa yang mengubah hidupnya. Mulai dari upaya pelarian sebagai tawanan perang, menyusuri perbatasan himalaya dengan perbekalan seadanya, hingga bertemu langsung dengan Dalai Lama ke-14 yang saat itu masih remaja dan menjadi tutor pribadi dari sang pemimpin spiritual tertinggi Tibet di Istana Polasa, Lhasa. Seru banget kan? Sekali lagi, ini bukan cerita fiksi tapi bertutur tentang kisah nyata.
Selain cerita petualangannya seru, film yang diangkat dari kisah nyata petualangan Harrer ini juga akan membuat Sobat Medcom banyak berpikir dari “kacamata” budaya yang amat berbeda dengan masyarakat modern pada umumnya.
3. Che (2008)
Sebagian dari kita pasti ada yang mengenal sosok Che Guevara dari gambar siluet wajahnya yang terkenal. Siluet wajah Che banyak menghiasi kaos, pin, topi, mural, street-art, bahkan mungkin gambar siluet wajah inilah yang paling banyak dijadikan tattoo permanen, termasuk oleh Diego Maradona dan Mike Tyson.Che Guevara (1928-1967) telah menjadi simbol revolusi, simbol pemberontakan terhadap kediktatoran, simbol “si rebel” bagi banyak orang, termasuk banyak pemuda Indonesia. Tapi terlepas dari itu, berapa banyak sih di antara orang yang pakai kaos Che itu tau, siapa sebenarnya Che Guevara? Bagaimana kisah hidupnya dan apa yang dia perjuangkan? Berapa banyak pemuda Indonesia yang tahu bahwa sebetulnya Che tidak punya latar belakang militer sama sekali, tapi justru adalah seorang dokter?
Berapa banyak pemuda Indonesia yang tau bahwa bahwa sosok Che yang begitu terkenal merevolusi pemerintahan Kuba sebenarnya dia bukanlah orang Kuba, tapi justru adalah seorang warga Argentina?
Nah, film ini ingin mengajak Sobat Medcom untuk memahami cerita dibalik sosok siluet wajah yang begitu fenomenal, sekaligus icon abadi dari gerakan revolusi. Jangan sampai kita hanya ikut-ikutan tren biar terlihat “rebel“, tapi sebetulnya kita tidak tau siapa itu sosok Che Guevara.
4. Lincoln (2012)
Film ini menceritakan tentang kisah perjuangan seorang tokoh besar dalam sejarah negara Amerika Serikat, yang perjuangannya tidak hanya berarti bagi masyarakat Amerika saja, tapi juga bagi peradaban umat manusia secara luas. Abraham Lincoln (1809-1865) adalah Presiden ke-16 Amerika Serikat yang memperjuangkan sebuah ide gila pada masanya, yaitu penghapusan sistem perbudakan di seluruh negara bagian Amerika Serikat.Bagi banyak lapisan masyarakat Amerika yang konservatif pada masa itu, menghapus sistem perbudakan adalah keputusan yang akan sangat merugikan para tuan tanah dan pebisnis yang memiliki ratusan bahkan ribuan budak.
Akhirnya opini publik terpecah hingga banyak masyarakat yang tidak setuju akan penghapusan sistem perbudakan membentuk aliansi di bawah nama Confederate States (Negara bagian Konfederasi). Kemudian melakukan pemberontakan kepada negara di bawah kepemimpinan seorang politikus pro-perbudakan Jefferson Davis.
Pada masa inilah, Abraham Lincoln berjuang untuk memenangkan opini publik, sekaligus menumpas pemberontakan yang didasari kepentingan sebagian tuan tanah yang tidak mau kehilangan para budak-budak keturunan Afrika dan Native American. Termasuk Jefferson Davis itu sendiri yang memiliki ratusan budak di bisnis perkebunan kapas miliknya.
Singkat cerita, pemerintah AS di bawah Presiden Lincoln berhasil mempersatukan masyarakat pro-pembebasan budak, termasuk para mantan budak dari berbagai macam suku dan ras, seperti Afro-American, Native-American, Asian-American, dan Pacific-Islanders (American Colored Troops) akhirnya bersatu bahu-membahu membela pemerintah Amerika di bawah cita-cita bersama menghapuskan sistem perbudakan.
Momentum kemenangan pemerintah AS di bawah kepemimpinan Lincoln atas pemberontakan ini menjadi momentum yang amat penting bagi perjuangan atas kesetaraan hak asasi manusia di berbagai belahan dunia.