Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Community Development Universitas Airlangga (Unair), Muhammad Miftahussurur, membagikan tips menembus publikasi jurnal top tier. Hal itu disampaikan dalam webinar Unair Menulis dengan tema Strategi Menembus Publikasi Jurnal Top Tier.
Miftah menekankan pentingnya pemilihan jurnal yang tepat. Menurutnya, peneliti harus mengenali jurnal-jurnal favorit di bidang ilmunya masing-masing, tidak hanya terpaku pada peringkat kuartil.
“Kalau panjenengan sering berafiliasi dengan teman-teman di luar negeri, sebenarnya kita itu sudah mempunyai jurnal-jurnal favorit yang mungkin saja dia tidak masuk top tier atau Q1, tapi jurnal itu bagus,” jelas Miftah dikutip dari laman unair.ac.id, Selasa, 7 Oktober 2025.
Ia juga menekankan pentingnya memahami karakter jurnal hingga selera editor. Dia bercerita pernah disarankan profesornya kalau mau submit ke jurnal A, jangan analisis bakterinya, tapi analisis human-nya, karena editornya lebih suka itu.
"Memahami karakter seperti ini penting,” beber dia.
Miftah juga membagikan pengalamannya menembus jurnal Nature. Dia sadar akan keterbatasan fasilitas dan dana riset di Indonesia.
Untuk itu, ia memilih strategi cerdas dengan tidak bersaing langsung di bidang keilmuan murninya. Ia menggeser fokus riset bakteri Helicobacter pylori untuk memprediksi migrasi manusia (human migration). Topik ini diminati oleh grup riset terkemuka dari Max Planck Institute di Jerman. “Saya tahu kalau saya murni ngomongin tentang pylori, maka saya akan kalah dalam kompetisi karena fasilitas dan dana,” ungkap dia.
Ia kemudian berkolaborasi dengan grup riset tersebut. Salah satunya dengan mengirimkan timnya ke Shanghai untuk melakukan analisis data bersama.
Menurutnya, keterbatasan bisa diatasi dengan memaksimalkan sumber daya lain melalui kolaborasi. “Kalau kita tidak punya uang, kita punya waktu. Tidak punya waktu, kita punya sumber daya. Kita kerahkan ke sana. Dengan cara ini kita bisa (menembus jurnal top),” tutur dia.
Miftah juga menekankan tiga variabel penting untuk menembus jurnal top tier, yakni riset yang teliti (rigorous research), memiliki kebaruan (novelty) dan signifikansi, serta reputasi jurnal itu sendiri. Ia menceritakan pengalamannya mempublikasikan riset dengan tema yang sama seperti profesornya 15 tahun lalu.
Hasilnya, riset profesornya masuk jurnal dengan impact factor 10. Sementara itu, miliknya masuk di jurnal dengan impact factor 3 karena tingkat novelty-nya berbeda.
Ketua Jurnal, Penerbitan, dan Hak Kekayaan Intelektual (LPJPHKI) Universitas Airlangga, Ferry Efendi, menyampaikan tujuan program ini bukan sekadar publikasi. Melainkan publikasi yang berdampak.
“Harapannya kita bisa melihat praktik baik apa yang sudah Prof Miftah lakukan, dan apa nantinya yang bisa kita adopsi dan adaptasikan,” ujar Ferry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id