Pengajar LPPM ATVI Rusman Latief (kanan). Foto: Tangkapan layar Youtube
Pengajar LPPM ATVI Rusman Latief (kanan). Foto: Tangkapan layar Youtube

7 Tips Agar Dosen Rajin Menulis

Media Indonesia.com • 31 Desember 2021 23:41
Jakarta: Bagi seorang mahasiswa, malas menulis terdengar biasa. Namun, bagi dosen, tak bersemangat menulis justru menjadi pertanyaan. 
 
Nah, berikut adalah tips yang dibagikan oleh pengajar Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Akademi Televisi Indonesia Rusman Latief agar dosen rajin menulis. Ia menekankan bahwa keterampilan menulis bukan bawaan atau bakat dari lahir. 
 
Menurutnya, dosen yang enggan menulis buku selalu beralasan klasik, seperti tidak memiliki keterampilan menulis. Padahal, seorang dosen sudah memiliki keterampilan menulis, yaitu ketika mereka berhasil menulis skripsi, tesis, atau bahkan desertasi.

"Menulis bisa dipelajari asal kita rajin," kata dia dalam Bincang Santai Teras LPPM ATVI yang disiarkan melalui kanal Youtube, Kamis, 30 Desember 2021.
 
Ia yakin semua dosen bisa menulis. Hanya, kadang dosen kurang memiliki motivasi untuk memulai.
 
Baca: Bukunya Tembus Routledge, Dosen UIN Samarinda Berbagi Tips Menulis Monograf
 
"Hanya mau jadi dosen yang biasa-biasa saja. Cukup mengajar di kelas melakukan pengabdian masyarakat dan menulis jurnal. Kurang motivasi menulis buku. Padalah, nilai jenjang jabatan akademik (JJA) menulis buku teks atau ajar nilainya tinggi. Sama dengan nilai menulis di jurnal internasional," kata Rusman menekankan. 
 
Berikut tips dari Rusman agar dosen rajin menulis:

1. Punya niat

Siapa pun, tak hanya dosen, harus memiliki niat untuk mau menulis. Tanpa niat yang kuat, mustahil bisa memulai untuk menulis.

2. Kepercayaan diri

Selanjutnya, setelah niat adalah kepercayaan diri. Kepercayaan diri di sini, kata Rusman adalah berani menyusun kata, kalimat, hingga paragrap.

3. Ikhlas atau tulus 

"Menulis buku tidak mengharapkan sesuatu," tegas Rusman. Misalnya, karena ingin mendapatkan materi atau pengharagaan. "Pokoknya iklas saja."

4. Jujur

Nilai kejujuran juga penting ketika kita akan menulis. Hal ini berlaku terutama ketika kita akan menulis buku ilmiah. 
 
Rusman menekankan dosen harus jujur melakukan sitasi pada setiap pendapat seseorang. Jujur mengakui pandangan atau pendapat seseorang.  

5. Siap

Maksud 'siap' di sini, kata Rusman, adalah siap untuk menyelesaikan tulisan atau buku. Tidak menyerah dengan berbagai halangan dan hambatan. 
 
"Pokoknya siap menyelesaikan hingga terbit," kata Rusman Latief.
 
Bagi dosen yang ingin menulis khusus buku ajar,  Rusman menyarankan agar menulis buku sesuai bidang yang diajarkan atau bidang keahlian. Dengan cara demikian akan lebih mudah menulisnya dibanding jika menulis buku yang temanya kurang dimengerti dan dipahami.  

6. Observasi

Lebih lanjut Rusman mengatakan menulis buku ajar atau referensi tidak cukup bermodal sumber dari buku. Karena, dalam satu buku, pasti ada kekurangannya. Isinya juga kadang sudah tidak relevan dengan kondisi kekinian. 
 
Oleh karena itu, diperlukan observasi dan penelitian langsung ke lapangan. Misalnya, melakukan wawancara (bertanya) kepada para ahli atau praktisi. Tujuannya, untuk mendapatkan hal-hal baru dari bidang yang akan ditulis. 
 
Selain itu, selalu mengikuti perkembangan bidang ilmu yang ditulis. Dengan demikian, buku yang ditulis akan berbeda dengan buku-buku yang sudah terbit. 

7. Jangan takut

Rusman juga menyarankan kepada calon penulis, khususnya dosen, untuk tidak takut terhadap kepakaran seseorang yang sudah menulis buku. Seperti, langsung gentar begitu melihat buku yang ditulis seorang guru besar atau seorang doktor. 
 
“Yakinlah apa yang Anda akan tulis memiliki nilai yang sama yang ditulis oleh guru besar atau para doktor. Percayalah guru besar dan para doktor adalah manusia sama dengan Anda," kata Rusman.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan