Lam Khin Yong tak hanya piawai membangun kemitraan strategis, ia juga pakar dalam bidang computational mechanics, computational nanoscience, BioMEMS, dan hydrogels.
Strategi Berkolaborasi dengan Industri
Lam yang saat ini menjabat sebagai Vice President of Industry memaparkan bagaimana NTU menjalin kemitraan strategis dengan perusahaan global seperti HP Inc., Rolls-Royce, Continental, Singtel, hingga GlobalFoundries melalui pendirian laboratorium bersama dan proyek inovatif lintas sektor. Ia turut membagikan strategi kampus dan kebijakan pemerintah Singapura yang telah berhasil mentransformasi ekosistem riset melalui kolaborasi erat dengan industri.Masih dalam paparannya, Lam menyoroti besarnta potensi keunggulan Indonesia berdasarkan sejumlah indikator inovasi global. “Peringkat yang tinggi, populasi besar dan dinamis, serta kekayaan sumber daya alam adalah keunggulan utama Indonesia. Ini menciptakan kondisi ideal untuk meningkatkan daya saing,” beber Lam.
Lam kemudian menjelaskan, strategi inti NTU Singapura bertumpu pada dua hal, yaitu menyiapkan talenta kelas dunia dan menjembatani riset dasar menuju riset terapan.
“Hal ini dilakukan dengan cara memperkuat hubungan riset dengan dunia industri serta membangun kemitraan strategis dengan universitas global,” jelas Lam.
Kolaborasi dengan industri dinilai sangat penting karena komunikasi langsung dengan sektor industri memungkinkan penerapan hasil riset secara lebih cepat dan relevan. Hal ini sejalan dengan program strategis Indonesia, Asta Cita, terutama dalam aspek meningkatkan riset, inovasi, dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.
Baca juga: Susun Peta Jalan Riset, 8 Sektor Ini Bakal Jadi Prioritas |
Strategi Inovasi PACE
Strategi dinamis NTU ini dirangkum dalam kerangka PACE, yang merupakan akronim dari:P = Public Support (Dukungan Pemerintah)
Fondasi riset yang ambisius dan berjangka panjang memerlukan dukungan kuat dan stabil dari pemerintah.A = Attract Talent and Adapt to Changes (Menarik Talenta dan Adaptif terhadap Perubahan)
Lam menjelaskan bagaimana NTU menyesuaikan diri dengan aspirasi baru para periset. Misalnya, NTU kini menyediakan program inovatif yang memungkinkan dosen dan mahasiswa doktoral untuk mengambil cuti hingga dua tahun guna merintis startup berbasis riset mereka, tanpa kehilangan posisi di kampus. Kebijakan ini secara langsung mengurangi risiko dalam berwirausaha dan menjadikan NTU sebagai pusat eksperimen dan inovasi.C = Collaboration with Industry (Kolaborasi dengan Industri)
Di bidang seperti Artificial Intelligence (AI), Lam menyebut bahwa perusahaan sering bergerak lebih cepat dari laboratorium akademik. Oleh karena itu, kolaborasi erat antara universitas dan industri dianggap krusial. Contohnya seperti NTU-HP Digital Manufacturing Corporate Lab dan Schaeffler Hub for Advanced REsearch (SHARE) Lab, yang memastikan riset akademik tetap relevan dan menyasar permasalahan nyata di industri.E = Engage Globally (Keterlibatan Global)
Untuk menjawab tantangan global yang kompleks, keterlibatan internasional menjadi kunci. NTU menjalin kemitraan dengan berbagai institusi top dunia, termasuk kerja sama strategis dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) di Surabaya.Kolaborasi ini, yang berfokus pada bidang seperti energi berkelanjutan, mencerminkan komitmen NTU untuk turut serta mengatasi tantangan kawasan bersama para talenta terbaik Indonesia.
Melalui KSTI 2025, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) berkomitmen untuk meningkatkan riset dan inovasi yang berdampak. Inisiatif ini melebihi prestasi akademik, tetapi juga mencari tahu solusi dari kebutuhan nyata di tengah masyarakat dan industri.
Model strategi seperti skema NTU merefleksikan semangat Diktisaintek Berdampak, bertujuan untuk membangun ekosistem riset dan teknologi yang adaptif, kolaboratif, dan berorientasi masa depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id