Praktik ini tidak hanya merugikan konsumen, tetapi juga membahayakan kesehatan hewan itu sendiri. Dosen IPB University dari Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB), Dr drh Denny Widaya Lukman menyebutkan, praktik gelonggongan sangat menyiksa hewan dan bertentangan dengan prinsip kesejahteraan hewan serta syariat penyembelihan dalam Islam.
“Cara seperti ini sangat menyiksa sapi sebelum disembelih. Hal itu tidak mencerminkan prinsip ihsan terhadap hewan dan tidak memenuhi kaidah kesejahteraan hewan,” ujar Denny dalam keterangannya yang dikutip, Rabu, 28 Mei 2025.
Sejarah Praktik Gelonggongan
Menurut Denny, praktik gelonggongan sudah terjadi sejak awal tahun 2000-an. Sapi yang digelonggong biasanya diberikan air melalui mulut menggunakan selang secara paksa 1–2 jam sebelum disembelih.Ia mengungkap ciri sapi yang digelonggong antara lain perut terlihat membesar dan hewan tampak lemah, bahkan tidak bisa berdiri. Bobot daging sapi gelonggongan pun bisa meningkat hingga 20–40 persen. “Kalau 1 kg daging gelonggongan, maka ketika air keluar, bobot bersihnya hanya sekitar 600–800 gram,” jelasnya.
Baca juga: Jangan Salah Pilih! Ini Tips Memilih Hewan Kurban Terbaik untuk Idul Adha |
Secara umum, daging hewan hasil gelonggongan biasanya terlihat basah di permukaan dan jika digantung dapat meneteskan sedikit air, meski sulit dikenali secara kasat mata. Terlebih jika daging sudah dalam bentuk beku.
Untuk daging beku, ia menyarankan agar masyarakat memilih daging dalam kemasan berlabel agar lebih terjamin kualitasnya. “Daging gelonggongan yang dibekukan tidak bisa dibedakan dengan daging normal. Maka sebaiknya pilih daging beku yang sudah dikemas dan memiliki label,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id