Ilustrasi. Pexels
Ilustrasi. Pexels

Mengenal Ciri Depresi dan Cara Pertolongan Pertama Bunuh Diri

Arga sumantri • 29 September 2021 14:55
Yogyakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) melakukan survei kepada 2.364 responden pada Mei 2020. Hasilnya, menunjukkan bahwa 69 persen responden orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) mengalami masalah psikologis selama covid-19. 
 
Masalah psikologis yang paling banyak dialami adalah depresi sebesar 67 persen, 68 persen mengalami kecemasan, dan 77 persen mengalami stres pasca trauma. Oleh karena itu, masalah mengenai depresi penting untuk dibahas.
 
Psikolog Gadjah Mada Medical Center Nopi Rosyida memaparkan bahwa dalam depresi ada yang disebut Major Depressive Disorder (terdapat sembilan simtom). Dalam hal ini, setidaknya ada lima simtom yang dialami dalam dua minggu yang sama. 

Pertama, perasaan tertekan pada sebagian besar waktu, hampir setiap hari, ditunjukkan oleh laporan pribadi misalnya merasa sedih, kosong, dan putus asa. Kedua, berkurangnya minat atau kesenangan secara nyata pada semua atau sejumlah besar aktivitas. 
 
Ketiga, penurunan/peningkatan berat badan yang signifikan ketika tidak melakukan diet/program penambahan berat badan. Keempat, insomnia atau hypersomnia hampir setiap hari. Kelima, agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari.
 
Baca: Mahasiswa Baru Wajib Tahu! Ini Cara Mengasah Soft Skills
 
Simtom selanjutnya, menurut Nopi, adalah merasa tidak berharga atau memiliki rasa bersalah berlebihan, berkurangnya kemampuan berpikir/berkonsentrasi, serta pikiran tentang kematian yang berulang (bukan ketakutan akan kematian), ide bunuh diri yang berulang baik tanpa rencana atau dengan rencana yang jelas dalam bunuh diri.
 
Nopi mengatakan, hal ini disampaikan bukan untuk self diagnose, tetapi memberikan gambaran secara umum seperti apa depresi itu. Jika memang merasa demikian, ini harus dikonfirmasi dengan datang ke psikolog atau ke psikiater langsung.
 
"Karena bisa jadi ada beberapa simtom yang mirip tetapi bisa jadi bukan depresi namun gangguan lain. Lalu, depresi merupakan salah satu penyebab bunuh diri. Penyebabnya banyak, namun salah satunya depresi." papar Nopi mengutip siaran pers UGM, Rabu, 29 September 2021.
 
 

Selanjutnya, Nopi menyampaikan bahwa pertolongan pertama pada bunuh diri dapat dimulai dengan diri sendiri. Yang bisa dilakukan untuk membantu diri sendiri adalah sadari dulu apa yang sedang terjadi dengan memikirkan triggernya apa. Sensasi fisik dan emosi yang dipikirkan, serta pikiran yang muncul. 
 
Kedua, mengalihkan pikiran saat muncul pikiran untuk bunuh diri. Hal ini bisa dilakukan dengan membuat daftar aktifitas untuk mengalihkan ide melukai diri sendiri. Terakhir adalah dengan menulis jurnal dan mencari bantuan.
 
Nopi menegaskan bahwa setiap orang bisa menjadi penolong pertama dan jangan remehkan kemampuan Anda untuk menolong OKBD (Orang dengan Kecenderungan Bunuh Diri) dan mencegahnya bunuh diri.
 
Baca: Pelajari 3 Bahasa Ini untuk Jadi Pemenang Persaingan Global
 
Prinsip dasar dalam Psychological First Aid (PFA), kata dia, adalah look atau amati yang dibutuhkan, kemudian berikan bantuan secukupnya, tidak terlalu banyak, juga tidak terlalu sedikit. 
 
Lalu, listen yakni tidak perlu memaksa mereka untuk bercerita, dan jangan memaksakan bantuan karena mengambil jarak juga merupakan PFA. Selanjutnya,  link, yakni apabila situasinya memungkinkan ajak untuk menemui professional.
 
Psikolog Nurul Kusuma menambahkan, bunuh diri dapat dicegah dengan menilai kemungkinan risiko bunuh diri, mendengarkan tanpa menghakimi, memberikan penghiburan (reassurance) dan informasi. Lalu, dorong untuk mencari bantuan profesional, dan melakukan self-help, serta melakukan strategi dukungan lain.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan