Ia menjelaskan perlunya kolaborasi antarkampus dalam penelitian. Kolaborasi itu pun, kata dia, memiliki komposisi khusus untuk melakukan penelitian.
"Komposisi penelitiannya harus berisi kampus yang sudah maju mapun kampus yang masih perlu pembinaan lebih lanjut," kata Brian dalam Taklimat Media di Jakarta, dikutip Kamis 25 Desember 2025.
Ia tidak ingin kampus top di Indonesia meninggalkan kampus kecil dalam suatu penelitian. Sebab dengan kolaborasi antarkampus maka seluruh kampus di Indonesia bisa naik kualitasnya.
"Bila hanya beberapa kampus saja yang sudah ranking top tier, tetapi (jika kolaborasi) seluruh kampus di Indonesia kita bisa naik terus kualitasnya," ungkapnya.
Rancangan komposisi ini kata dia masuk dalam skema yang diberi nama Keanggotaan riset dalam program riset strategis. "Jadi kita juga membuat skema ya, jadi ada yang namanya keanggotaan riset, itu harus melibatkan kampus di kluster yang lebih rendah, kampus binaan," kata Brian.
Dengan kolaborasi itu, ia berharap kampus binaan tersebut dapat berkembang dan bisa menjalankan dan ikut dalam program riset strategis. "Harapannya ini lebih merata, mereka juga sedang belajar ya, nantinya mereka tahu bagaimana riset yang baik, bagaimana bersama-sama riset, kemudian juga mereka tahu kebutuhan apa," terangnya.
Dengan kolaborasi itu, kampus kecil atau yang disebutnya kampus binaan tersebut juga dapat memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di kampus besar. Sehingga kampus kecil itu dapat lebih leluasa melakukan riset.
"Peralatan-peralatan itu pun sungguhnya bisa digunakan, kami sudah membuat database informasi, peralatan keberadaan, peralatan-peralatan canggih untuk penelitian, yang bisa dimanfaatkan oleh seluruh kampus, baik negeri maupun swasta," pungkasnya.
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemendiktisaintek), meluncurkan program Riset Strategis. Program ini dijalankan melalui pendanaan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
"Kami di sini menggunakan pendanaan melalui LPDP. Jadi riset strategis akan kita fokuskan menggunakan pendanaan LPDP," kata Dirjen Riset dan Pengembangan Kemendiktisaintek Fauzan Adziman di kantor Kemendiktisaintek, Jakarta, Senin 29 September 2025.
Adapun terdapat tiga skema untuk meraih pendanaan untuk program tersebut. Di antaranya skema mandatori, skema invitasi dan skema kompetisi.
Adapun total pembiayaan untuk tahun ini, kata dia, sebesar Rp 1 triliun. "Untuk total pembiayaan tahun ini termasuk yang ongoing dan yang baru itu di sekitar Rp1 triliun," ungkap Fauzan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News