Berbagai afirmasi pun disiapkan untuk meningkatkan jumlah lulusan STEM. Salah satunya lewat program prioritas STEM dalam beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Namun, tampaknya upaya tersebut belum menunjukkan hasil. Hal itu dilihat dari data Tes Kemampuan Akademik (TKA) 2025.
Siswa kelas 12 yang mengikuti TKA itu dihadapkan pada tiga mata pelajaran (mapel) wajib. Kemudian peserta diharuskan memilih 2 mapel pilihan dari 19 mapel pilihan yang tersedia.
Pada dua mapel pilihan, mapel-mapel terkait STEM tidak menjadi favorit para siswa. Bahkan pada lima besar mapel pilihan favorit, seluruhnya adalah mapel sosial humaniora (soshum).
Padalah nantinya, pilihan mapel siswa dalam TKA ini dapat menjadi pertimbangan dalam Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Jika, siswa tak mengantongi nilai TKA dari mapel STEM, tentunya tak bisa memilih prodi STEM di perguruan tinggi.
Atas fenomena ini, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto menjelaskan jika apa yang terjadi di Indonesia adalah fenomena global. Artinya ada penurunan minat murid terhadap STEM di seluruh dunia.
"Memang ini fenomena global artinya STEM yang dilihat sulit itu membuat orang atau adik-adik kita yang sekarang generasi saat ini itu lebih memilih yang non STEM," kata Brian di Jakarta, Rabu 24 Desember 2025.
Untuk itu, kata dia, gairah belajar di bidang STEM kata dia harus didorong. Karena menurut dia, kesulitan belajar bidang STEM tak bisa jadi alasan untuk tidak mempelajarinya.
"Bahwa memang konstentrasi kita untuk meningkatkan kemampuan di bidang STEM itu harus dilanjutkan atau semakin ditingkatkan," jelasnya.
Nah seperti apa data lengkap mapel pilihan yang dipilih siswa? Berikut datanya:
Mapel Pilihan Terbanyak Diikuti Peserta TKA 2025
- Produk/Projek Kreatif dan Kewirausahaan: 36,54 persen
- PPKn/Pendidikan Pancasila: 31,15 persen
- Sosiologi: 19,96 persen
- Ekonomi: 17,72 persen
- Sejarah: 11,46 persen
- Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut: 11,41 persen
- Matematika Tingkat Lanjut: 11,38 persen
- Kimia: 10,20 persen
- Bahasa Inggris Tingkat Lanjut: 6,12 persen
- Bahasa Arab: 2,21 persen
- Biologi: 2,02 persen
- Bahasa Jepang: 1,21 persen
- Fisika: 0,94 persen
- Antropologi: 0,71 persen
- Bahasa Mandarin: 0,32 persen
- Bahasa Jerman: 0,17 persen
- Bahasa Korea: 0,10 persen
- Geografi: 0,09 persen
- Bahasa Prancis: 0,05 persen
Nah sebelum melihat rerata nilai TKA 2025 siswa, simak dulu cara pengolahan nilai TKA-nya ya! Berikut cara pengolahan nilah TKA:
Cara Pengolahan TKA
Kepala Badan, Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikdasmen Toni Toharudin menjelaskan jika penskoran TKA menggunakan Item Response Theory (IRT) model 2 parameter logistics. Model ini tidak hanya menghitung jawaban benar. "Tapi mempertimbangkan tingkat kesulitan dan daya beda butir soal," kata Toni dalam taklimat media di Jakarta, Senin 22 Desember 2025.Model ini kata Toni membuat jumlah jawaban benar tak berbanding lurus dengan skor yang didapatkan. Misalnya, dua murid dengan jumlah jawaban benar sama, namun berbeda butir soal akan mendapatkan skor yang berbeda.
"Metode ini mampu membedakan kemampuan secara lebih adil dan informatif," tutur Toni.
Skor para murid ini kemudian ditransformasikan menjadi nilai skala 0-100. Nilai batas kategori ditentukan melalui standar setting metode extended angof. "Penentuann nilai batas melibatkan 125 orang guru bidang studi dari berbagai wilayah. Proses penentuan kategori dilakukan dengan prosedur baku, terdokumentasi dan iteratid dalam tiga putaran," sebut dia.
Nah seperti apa capaian nasional TKA para siswa di semua mata pelajaran? Berikut datanya:
Rerata Capaian Nasional TKA 2025 Semua Mapel
Mapel Wajib
- Bahasa Indonesia: 55,38
- Matematika: 36,10
- Bahasa Inggris: 24,93
Mapel Pilihan
- PPKN: 60,91
- Antropologi: 70,43
- Projek Kreatif dan Kewirausahaan: 56,34
- Bahasa Indonesia (Lanjut): 68,02
- Matematika (Lanjut): 39,32
- Bahasa Inggris (Lanjut): 45,23
- Biologi: 54,40
- Sosiologi: 60,07
- Ekonomi: 31,68
- Kimia: 34,92
- Sejarah: 62,72
- Fisika: 37,65
- Geografi: 70,36
- Bahasa Arab: 64,97
- Bahasa Jepang: 55,21
- Bahasa Mandarin: 57,56
- Bahasa Jerman: 36,59
- Bahasa Korea: 28,55
- Bahasa Prancis: 45,05
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News