"Uji klinis dan pengolahan akan menjadi kecepatan dari Bio Farma yang didukung oleh Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan). Tugas kami adalah secepat mungkin memberikan bibit vaksin kepada PT Bio Farma," kata Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro dalam keterangan tertulis, Selasa, 19 Januari 2021.
Selain PT Bio Farma, Bambang menuturkan pengembangan Vaksin Merah Putih juga mengajak sejumlah perusahaan swasta yang dapat membantu mempercepat lahirnya vaksin tersebut.
Vaksin Merah Putih tetap diperlukan meskipun Indonesia sudah membeli vaksin dari negara lain. Beberapa pertimbangan di antaranya, belum ada yang mengetahui seberapa lama daya tahan tubuh virus setelah divaksin.
Baca: Dorong Hilirisasi Riset, Menristek Ingin Tingkatkan Anggaran Litbang
Bambang mengatakan, jika daya tahan tubuh sudah hilang tetapi virus covid-19 masih ada maka perlu dilakukan re-vaksinasi. Maka, Indonesia tetap perlu kemandirian untuk mengantisipasi kebutuhan vaksin tersebut.
Pertimbangan lain, adalah adanya kemungkinan mutasi dari virus covid-19. Sampai saat ini, mutasi yang ada belum atau tidak mengganggu kinerja dari vaksin covid-19. Tetapi, belum bisa diketahui apakah mutasi di masa depan mengharuskan perubahan komposisi vaksin tersebut.
Makanya, pengembangan Vaksin Merah Putih akan tetap didorong sehingga diharapkan mampu mengatasi kedua hal tersebut. Pengembangan penelitian vaksin nasional juga diharapkan dapat mengantisipasi kemungkinan pandemi atau penyakit menular lainnya yang bisa terjadi di kemudian hari.
Ada enam institusi yang sedang mengembangkan Vaksin Merah Putih covid-19 dengan platform yang berbeda-beda. Enam institusi tersebut adalah Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, LIPI, Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Airlangga (Unair) dan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Baca: Tingkatkan Efektivitas Tes, GeNose Disarankan Terkoneksi dengan Ponsel
Bambang menerangkan, perkembangan vaksin dari LBM Eijkman, bibit vaksin sudah dapat diberikan kepada PT Bio Farma diperkirakan pada Maret 2021. Bibit vaksin selanjutnya dilakukan uji klinis.
Sedangkan LIPI, diperkirakan sudah dilakukan pengolahan data, pelaporan dan draf paten pada Mei 2021. UI, diperkirakan sudah mulai membuat Sel CHO (sel mamalia) pertengahan tahun ini. Lalu, vaksin yang dikembangkan ITB masuk kepada uji imunogenisitas (uji pre klinis) pada hewan mencit diperkirakan pada Desember 2021 .
Selanjutnya, Unair baru akan dilakukan produksi synthetic adenovirus pada Februari 2020, uji klinik pada pertengahan dan akhir 2021 produksi. Sedangkan, UGM masih dalam tahapan riset laboratorium tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News