Penyakit ini menjadi penyebab kematian paling umum pada wanita dengan jumlah kasus mencapai 685.000 kematian. Pengembangan terhadap pengobatan kanker payudara pun terus dilakukan, termasuk produk obat-obatan berasal dari biota laut yang memiliki potensi tinggi untuk mengatasi penyakit ini.
Lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan penelitian terhadap ubur-ubur sebagai alternatif penghambat kanker payudara. Kelima mahasiswa UGM tersebut terdiri dari Aden Arrafif Bahtiarsyah, Muhamad Rafli, Sylvia, dan Khintan Maulin (Biologi UGM 2018), serta Rachmat Febriansyah (Farmasi UGM, 2019).
Tim ini melakukan pengamatan terhadap potensi protein venom ubur-ubur yang dihubungkan dengan permasalahan penyakit kanker, terutama kanker payudara. Mereka berinovasi dalam pemanfaatan ubur-ubur pada bagian protein venom-nya untuk dianalisis dan dilakukan pengujian prediksi secara komputer (in silico) dalam penghambatan kanker payudara.
Ketua tim, Aden Arrafit Bahtiarsyah, menjelaskan, ubur-ubur memiliki kandungan utama seperti protein, vitamin, dan mineral melimpah. Selain itu, dalam ubur-ubur juga mengandung zat penting lain yaitu protein venom dari sel nematosista yang berpotensi untuk pengobatan.
Baca: Bukan Hanya Pernapasan, Pakar UGM Sebut Covid-19 Bisa Serang Pencernaan
Venom ubur-ubur terdiri dari berbagai peptida, enzim, neurotoksin, sitolisin, dan hemolisin. Venom ubur-ubur terbukti mengandung senyawa antimikroba, anti oksidatif, antikoagulan, antitumor, dan sitotoksik.
"Rincian kandungan umum berupa crude venom, phospholipase A2, dan metalloprotease yang berfungsi baik dalam pertahanan untuk mengurangi migrasi sel kanker payudara," jelas Aden mengutip siaran pers UGM, Rabu, 1 Desember 2021.
Salah satu reseptor yang berperan terhadap permasalahan penyakit kanker payudara ini adalah reseptor Estrogen alfa (ER-α).
Sementara itu, anggota tim, Sylvia, menambakan, reseptor perlu dihambat dengan pengujian secara komputer. Dalam penelitian ini, protein venom dari ubur-ubur ditambatkan bersama ER-α dan dilihat interaksinya secara in silico.
"Bioaktivitas dari protein venom ubur-ubur ini bermanfaat sebagai imunostimulator, antikoagulan, pereda nyeri, dan antihipertensi, tetapi juga bermanfaat juga secara fungsional dalam pengendalian kanker," terang Sylvia.
Ia menuturkan ubur-ubur (Class: Schypozoa) merupakan salah satu makhluk hidup (animalia) dengan jumlah melimpah dan tersebar hampir seluruh di perairan Indonesia yang memiliki bentuk sederhana seperti payung dan tentakel. Keunikan dan jumlah yang melimpah ubur-ubur menjadi daya tarik bagi peneliti di bidang biologi kelautan.
Ubur-Ubur memiliki nilai bioprospeksi cukup tinggi dalam penggalian informasi untuk dimanfaatkan di berbagai bidang seperti industri, pangan, dan terpentingnya di bidang kesehatan.
"Bagian unik seperti filamen marginal diyakini oleh beberapa kutipan penelitian sebelumnya memiliki kandungan yang baik dalam penghambatan migrasi kanker, dimana terdapat protein venom yang berkhasiat dan bermanfaat," tutur Sylvia.
Penelitian Ubur-Ubur sebagai penghambat kanker payudara dilakukan lima mahasiswa UGM Sejak 1 Juni - 15 September 2021 dengan bimbingan dosen Fakultas Biologi, Lisna Hidayati. Penelitian ini disalurkan melalui Program Kreativitas Mahasiswa dalam bidang Riset Eksakta (PKM-RE).
Baca: Pakar UGM: Omicron Belum Terbukti Lebih Menular dari Delta
Kelima mahasiswa UGM memanfaatkan protein venom dengan ekstraksi, mencari kadar dan kandungannya. Kemudian, dilihat interaksinya dalam pemodelan komputasi seperti penambatan molekul antara reseptor penyebab kanker payudara yaitu ER-α dengan beberapa protein venom (molecular docking).
Anggota tim lainnya, Muhammad Rafli menambahkan, riset ini dilakukan secara intensif di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Sistematika Hewan, Fakultas Biologi UGM, serta Laboratorium Biokimia dan Biologi Molekuler, Departemen Kimia Farmasi, Fakultas Farmasi UGM, dan juga riset komputasi.
Riset ini dilakukan untuk menghasilkan nilai yang representatif dalam penghambatan ER-α secara molecular docking. Didapatkan nilai penambatan HADDOCK score dari protein venom Gamma-glutamyl Hydrolase sebesar -16,1, sedangkan untuk nilai RMSD sebesar 1,1 Angstrom.
"Hasil lain dari riset ini yaitu didapat kadar protein venom rerata sebesar 4,98 ppm. Hasil tersebut sangat berpotensi dalam penghambatan kanker payudara khususnya reseptor ER-α. Dengan hasil ini harapan ke depannya dari hasil tersebut agar pemanfaatan dan eksplorasi biota laut dapat diteliti kembali sehingga dapat mengatasi penyakit kanker payudara," papar Rafli.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News