"Kita harus melihat postensi sawit. Indonesia adalah eksportir terbesar sawit. Hari ini bukan lagi masalah ekspor, tapi bagaimana bisa memproduksi dan membangun energi," jelas Bambang.
Memang, kata dia, dari segi produksi awal pengembangan biofuel ini terkesan lebih mahal daripada memproduksi energi dari fosil. Namun, energi biofuel ini di masa depan akan sangat efesien dan kompetitif.
"Kami punya kesempatan untuk menjadi salah satu pengembang terbesar energi hijau di dunia. Tinggal bagaimana melanjutkan riset di dalamnya dan mendapatkan partner industri untuk menjadi komersial," ucapnya.
Baca: Akhir Tahun, Bibit Vaksin Merah Putih Masuk Uji pada Hewan
Bambang berterima kasih kepada Pertamina yang telah banyak membantu pengembangan energi di Indonesia. Menurutnya, Pertamina juga bakal terus mendukung inovasi dalam negeri. Utamanya pengembangan energi biofuel.
"Apalagi Pertamina bersama Institut Teknologi Bandung telah memulai pengujian produksi green diesel D100 yang memiliki bahan campuran sawit yang saat ini dikenal dengan B20 dan B30. Kami berterima kasih juga kepada Pertamina yang telah menyediakan tempat pengembangan inobasi ini dan bagaimana kita terus bisa mengembangkan dan memproduksi biofuel ini," papar Bambang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News