Macan tutul disalah satu hotel di Kota Bandung. (Tangkap layar)
Macan tutul disalah satu hotel di Kota Bandung. (Tangkap layar)

Macan Tutul Masuk Hotel Bandung, Ini Tanggapan Pakar IPB University

Citra Larasati • 07 Oktober 2025 16:36
Jakarta:  Macan tutul masuk ke salah satu hotel di Bandung baru-baru ini mencuri perhatian publik. Diduga, satwa liar tersebut kabur dari Lembang Zoo sekitar sebulan lalu.
 
Menurut Pakar Ekologi Satwaliar IPB University yang juga dosen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Dr Abdul Haris Mustari, kejadian ini menunjukkan bahwa predator tersebut masih mampu bertahan hidup di alam selama beberapa minggu setelah lepas dari kandangnya.
 
“Peristiwa ini menegaskan perlunya kehati-hatian pengelola kebun binatang atau taman margasatwa. Kandang harus benar-benar representatif, dengan bahan yang kuat dan menciptakan rasa nyaman bagi satwa di dalamnya,” jelas Mustari.

Macan tutul, lanjutnya, merupakan satwa liar yang habitat alaminya berada di kawasan hutan. Macan tutul jawa memiliki dua tipe morfologis, yaitu macan tutul dan macan kumbang. Meski demikian, keduanya masih termasuk dalam satu spesies yang sama, yakni Panthera pardus melas.
 
Di alam, hewan ini memangsa berbagai satwa seperti babi hutan, kancil, muncak, anak banteng, hingga primata seperti monyet ekor panjang, lutung, surili, dan kukang jawa. Selain itu, macan tutul juga berburu burung seperti ayam hutan dan merak, serta reptil seperti biawak.
 
Sebagai top predator di Pulau Jawa setelah punahnya harimau jawa, macan tutul dikenal sangat ahli memanjat pohon dan sering beristirahat di dahan pohon besar. “Dari karakter tersebut, jelas bahwa macan tutul adalah satwa yang tidak cocok hidup dalam kandang, apalagi jika kandang itu tidak memenuhi syarat kesejahteraan satwa,” ujar Mustari.
 
Ia menjelaskan, ada lima indikator utama kesejahteraan satwa dalam penangkaran, yaitu bebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari ketidaknyamanan lingkungan fisik, bebas dari rasa sakit dan penyakit, bebas dari rasa takut dan tekanan, serta bebas mengekspresikan perilaku alaminya.
 
“Meskipun satwa diberi makan setiap hari, kebutuhan mereka untuk mengekspresikan perilaku alami seperti berburu dan berinteraksi sosial tidak bisa digantikan,” tambahnya.
 
Kondisi tertekan di dalam kandang sering menjadi alasan satwa berusaha keluar, termasuk macan tutul yang akhirnya muncul di area hotel tersebut.
  Mustari juga menegaskan bahwa satwa yang sudah lama dikandangkan dan terbiasa diberi makan oleh manusia akan memiliki ketergantungan pada suplai makanan tersebut. “Karena itu, ketika lepas, mereka cenderung kembali mendekati lingkungan manusia,” ujarnya.
 
Sebagai solusi jangka panjang, ia menekankan peran utama konservasi in-situ, yakni perlindungan satwa di habitat aslinya. Pendekatan ini tidak hanya melindungi satu spesies, tetapi juga seluruh keanekaragaman hayati di dalam ekosistem.
 
“Dengan konservasi in-situ, sumber air, iklim mikro, dan keseimbangan ekologis dapat terjaga dengan baik,” tutur Mustari. 
 
Mustari juga memberikan pesan terkait konservasi satwa liar. “Memelihara satwa liar predator tidaklah mudah, pihak pengelola hendaknya memperhatikan faktor keamanan dan kesejahteraan satwa.” 
 
Oleh sebab itu, ia menegaskan bahwa pemerintah dalam hal ini Kementerian Kehutanan (Kemenhut)/Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) sebagai otoritas pengelola (management authority) hendaknya lebih meningkatkan pengawasannya terhadap lembaga konservasi (LK), seperti kebun binatang, taman margasatwa, taman safari
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan