Angka-angka ini bukan sekadar statistik tetapi adalah bukti nyata bahwa UMKM merupakan pilar fundamental yang menopang stabilitas ekonomi dan sosial negara. Namun, di balik data yang mengesankan ini, tersembunyi sebuah perjuangan senyap yang dihadapi oleh jutaan wirausaha setiap hari, yaitu keterbatasan kapasitas manajerial dan inovasi yang menghambat pertumbuhan mereka.
Kesenjangan dalam Ekosistem Pendukung
Para pelaku UMKM, yang sadar akan keterbatasan mereka, seringkali mencari dukungan dengan bergabung dalam komunitas bisnis. Komunitas bisnis menjadi wadah vital untuk berbagi pengetahuan, memperluas jaringan, dan mendapatkan dukungan motivasional. Namun demikian, ketersediaan sumber daya untuk mengurangi kesenjangan dalam salah satu variabel ekosistem kewirausahaan sangat minim, untuk mendorong wirausaha dapat maju lebih cepat.Sumber daya mentor ahli yang kompeten merupkan salah satu solusi agar para wirausaha dapat memajukan usahanya. Kelangkaan mentor ahli yang kompeten dan sukarela menjadi salah satu kendala yang membatasi jangkauan dan menyulitkan penyediaan bimbingan yang berkualitas secara konsisten.
Selain itu, keberagaman tingkatan bisnis anggota komunitas, ada anggota yang baru berada pada tahap ide, ada yang sudah merintis, dan ada pula yang sedang dalam fase bertumbuh, memiliki kebutuhan yang sangat berbeda, sehingga satu model mentoring seringkali tidak dapat melayani semua.
Kesenjangan antara kebutuhan mendesak akan peningkatan kapasitas dan tantangan implementasi di lapangan inilah yang menjadi fokus utama dari sebuah terobosan kolaboratif yang inovatif.
Solusi Inovatif: Ketika Akademisi Menjadi Mentor
Untuk menjembatani kesenjangan tersebut, sebuah model kolaborasi strategis antara dunia akademik dan komunitas praktisi wirausaha diinisiasi. Proyek pengabdian masyarakat yang digagas oleh Universitas Widya Husada Semarang (UWHS) bersama Komunitas TDA menjadi jawaban atas tantangan ini.Inisiatif ini melahirkan sebuah "Model Mentoring Akademik bagi Wirausaha," yang secara sistematis mengintegrasikan kerangka teoretis akademis dengan kebutuhan praktis para pengusaha di lapangan. Tujuannya jelas, yakni memanfaatkan keahlian akademisi untuk mengatasi kelangkaan mentor ahli di dalam komunitas dan menyediakan bimbingan yang terstruktur serta disesuaikan dengan level bisnis peserta.
UWHS telah menjalin kerja sama dengan Komunitas TDA Jateng Jogja untuk program mentoring bagi para wirausaha anggota komunitas sejak tahun 2024. Pendekatan ini terbukti sangat efektif. Para mentor akademisi tidak hanya memberikan saran, tetapi juga membekali mentee dengan alat analisis.
Para wirausaha diarahkan untuk mengenali akar masalah mereka, mengeksplorasi berbagai alternatif solusi, dan menganalisis dampak dari setiap pilihan. Saat ini, dosen program studi Kewirausahaan UWHS yang juga menjadi anggota Aliansi Program Studi Kewirausahaan Indonesia (APSKI), melanjutkan program mentoring dengan Komunitas TDA di tahun 2025.
Dampak Nyata dan Perubahan Pola Pikir
Hasil dari program ini jauh melampaui sekadar solusi teknis. Dampak yang paling signifikan justru terjadi pada level fundamental, yaitu perubahan pola pikir. Peserta yang mengikuti sesi mentoring mengakui adanya pergeseran dalam cara mereka memandang bisnis dan tantangannya.Baca juga: Kampus Berdampak vs Universitas Riset |
Keterbatasan pengetahuan dan rutinitas harian seringkali membentuk pola pikir wirausaha yang cenderung sulit untuk berpikir di luar konteks usahanya, menghambat pengambilan keputusan strategis. Diskusi dengan akademisi berhasil mematahkan batasan ini. Para peserta merasa termotivasi untuk segera menindaklanjuti hasil diskusi, dan banyak yang merasa lega karena akhirnya memiliki daftar aksi (action plan) yang jelas dan terstruktur untuk bisnis mereka. Program ini, pada intinya, berhasil memulihkan semangat para wirausaha.
Melembagakan Kolaborasi untuk Skala Nasional
Keberhasilan model mentoring ini memberikan sebuah cetak biru yang dapat direplikasi untuk pemberdayaan UMKM secara nasional. Berdasarkan temuan dan pembelajaran, beberapa rekomendasi strategis dirumuskan untuk berbagai pemangku kepentingan.Kegiatan mentoring UMKM tidak seharusnya hanya menjadi program pengabdian masyarakat insidental, melainkan diintegrasikan ke dalam rencana strategis universitas melalui pusat studi kewirausahaan. Perluasan jejaring kemitraan perguruan tinggi, khususnya program studi Kewirausahaan, perlu ditingkatkan agar lebih proaktif memperluas jejaring kemitraan dengan lebih banyak komunitas bisnis di berbagai sektor.
Baca juga: Kilas Balik 135 Tahun Hubungan Indonesia-Suriname |
Kegiatan ini secara konklusif menunjukkan bahwa sinergi antara dunia pendidikan dan dunia usaha adalah kunci untuk mengakselerasi pertumbuhan UMKM yang berkelanjutan di Indonesia. Kolaborasi antara akademisi dan praktisi bukan lagi sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan. Wirausaha membutuhkan lebih dari sekadar pengalaman sesama praktisi; mereka membutuhkan landasan keilmuan yang tidak mereka dapatkan secara informal untuk membuat keputusan yang lebih strategis dan terinformasi.
Dengan menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik, kita dapat membuka potensi penuh dari jutaan UMKM yang menjadi tulang punggung bangsa, memastikan mereka tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang pesat di masa depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id