Ilustrasi otak. DOK morrocoworldnews
Ilustrasi otak. DOK morrocoworldnews

Tes Terbaru Ini Bisa Bantu Kenali Risiko Alzheimer Hanya dalam 3 Menit

Renatha Swasty • 10 September 2025 11:54
Jakarta: Sebuah inovasi baru hadir di dunia kesehatan untuk membantu mendeteksi penyakit Alzheimer lebih cepat. Tes yang disebut Fastball EEG test ini diklaim mampu mendeteksi risiko gangguan ingatan yang terkait dengan Alzheimer lebih cepat dibandingkan dengan prosedur pemeriksaan biasa.
 
Bahkan, tes ini bisa dilakukan di rumah atau di klinik umum, sehingga lebih nyaman bagi pasien.
Dilansir dari laman Science Alert, tes ini suatu saat bisa membantu dokter mengenali orang-orang yang perlu pemeriksaan lebih lanjut terkait Alzheimer, tanpa harus menunggu lama atau menjalani prosedur rumit.
 
Alzheimer sendiri memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Penyakit ini bersifat progresif, di mana sel-sel otak perlahan rusak dan mati, hingga akhirnya menyebabkan hilangnya ingatan, kebingungan, dan kesulitan berpikir maupun menjalani aktivitas sehari-hari.

Yang perlu diketahui, Alzheimer sebenarnya sudah mulai merusak otak jauh sebelum gejalanya muncul. Protein bernama amyloid dan tau menumpuk, membentuk plak dan gumpalan kusut yang mengganggu komunikasi antar sel saraf. Akibatnya, saat gejala seperti masalah ingatan mulai terlihat dan bisa didiagnosis, biasanya kerusakan otak sudah cukup parah.
 
Namun, tanda-tanda Alzheimer tidak selalu muncul dengan cara yang sama pada setiap orang. Jumlah plak amyloid dan kusut tau di otak seseorang juga tidak selalu sejalan dengan seberapa parah gejala yang dialami. Selain itu, plak dan kusut ini hanya bisa diperkirakan lewat tes pencitraan otak atau tes darah. Semua hal ini membuat Alzheimer menjadi sulit dideteksi dan diprediksi perkembangannya. Karena itu, para peneliti berusaha mencari tes yang bisa mengenali tanda-tanda penyakit ini lebih awal.

Cara kerja tes Fastball

Biasanya, diagnosis Alzheimer dilakukan lewat tes kognitif. Misalnya, dokter meminta pasien mengingat kata-kata, menyalin gambar, atau menyelesaikan soal. Tes ini cukup efektif, tapi butuh waktu, tenaga ahli, dan seringkali membuat pasien cemas.
 
Ada juga pemeriksaan lebih canggih seperti scan otak atau analisis cairan otak. Namun, tes ini mahal dan sifatnya invasif (harus mengambil sampel cairan).
 
Tes Fastball menggunakan cara berbeda. Tes ini tidak meminta pasien mengingat atau menjawab soal, tapi mengukur bagaimana otak merespons gambar-gambar yang ditampilkan di layar.
 
Peserta pertama-tama diperlihatkan delapan gambar dan diminta menyebutkan namanya, tapi tidak diminta menghafalnya. Lalu, ratusan gambar ditampilkan dengan cepat, yaitu sekitar tiga gambar per detik. Setiap gambar kelima adalah salah satu dari delapan gambar yang diperlihatkan di awal.
 
Baca juga: Peneliti Ungkap Kadar Omega-3 Bisa Jadi Risiko Alzheimer pada Perempuan 

Alat EEG (rekaman aktivitas listrik otak) mencatat sinyal kecil yang menunjukkan apakah otak mengenali gambar-gambar tersebut. Pada orang sehat, respons pengenalan ini terlihat jelas. Tapi pada orang dengan gangguan kognitif ringan (terutama masalah ingatan) respons otaknya lebih lemah.
 
Penelitian ini melibatkan 106 orang: 54 orang sehat dan 52 orang dengan gangguan kognitif ringan (MCI, mild cognitive impairment). Dari kelompok MCI, sebagian punya masalah ingatan (amnestic MCI), sebagian lagi tidak (non-amnestic MCI).
 
Hasilnya, tes Fastball cukup sensitif membedakan kelompok ini. Mereka yang punya masalah ingatan menunjukkan respons otak yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan orang sehat maupun yang punya MCI tanpa gangguan ingatan.
 
Setahun kemudian, tes dilakukan kembali. Beberapa peserta yang awalnya hanya punya MCI, berkembang menjadi Alzheimer atau demensia vaskular (jenis demensia lain yang mirip Alzheimer). Pada tes kognitif standar, hasil mereka hampir tidak berbeda. Tapi pada tes Fastball, hasilnya menurun sedikit. Hal tersebut menunjukkan tes ini bisa lebih peka mendeteksi perubahan dini.
 
Namun, dari 42 peserta dengan MCI yang dites ulang, hanya delapan yang berkembang jadi demensia. Jadi, meskipun hasilnya menjanjikan, penelitian ini masih terbatas dan butuh studi lebih besar.

Masa depan diagnosis Alzheimer

Kelebihan utama tes Fastball adalah cepat (hanya 3 menit), tidak tergantung usaha atau suasana hati pasien, serta bisa dilakukan di rumah atau di klinik dokter umum. Hal ini membuat pasien lebih nyaman dan hasilnya bisa dimanfaatkan lebih luas untuk membantu deteksi dini.
 
Meski begitu, tes ini belum bisa digunakan sendiri sebagai alat diagnosis Alzheimer, karena penelitian belum mencakup kondisi lain yang juga bisa menyebabkan gangguan ingatan, seperti depresi atau masalah tiroid. Penelitian lebih lanjut pada populasi yang lebih beragam sangat dibutuhkan.
 
Selain Fastball, tes darah juga sedang dikembangkan. Tes ini bisa mengukur protein yang berhubungan dengan Alzheimer, bahkan ada yang hanya butuh setetes darah dari ujung jari. Jika terbukti akurat, pasien bisa melakukan tes di rumah dan mengirimkannya untuk analisis.
 
Gabungan tes seperti Fastball dan tes darah berpotensi mengubah fokus perawatan Alzheimer, dari diagnosis terlambat menjadi intervensi lebih awal. Dengan mendeteksi risiko sejak dini, dokter bisa menyarankan perubahan gaya hidup, memantau pasien lebih dekat, atau memberi terapi lebih cepat, saat pengaruhnya masih maksimal. (Alfi Loya Zirga)

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan