Mahasiswa S3 pengembang alat ini, Ika Puspita, mengklaim serat optik bekerja lebih cepat dan akurat dibandingkan sensor lain.
"Yang paling utama, sensor jenis ini dapat mendeteksi kandungan minyak babi dalam minyak nabati yang belum mampu dilakukan sensor sebelumnya," kata peneliti sensor dengan serat optik ini, Ika Puspita, mengutip siaran pers ITS, Kamis, 17 Juni 2021.
Baca: Dosen Itera Teliti Sejumlah Bahan Alami untuk Obat Anti Kanker
Mahasiswa S3 Teknik Fisika ITS ini menyebut beberapa keunggulan lain dari sensor ini yaitu tidak butuh perlakuan khusus terhadap sampel. Biaya produksi juga murah, kompatibel, dan tahan terhadap interferensi elektromagnetik. Sifat serat optik yang mudah difabrikasi juga memudahkan perkembangan penelitian yang masih digali hingga saat ini.
Ika menjelaskan, serat optik merupakan perangkat yang bekerja dengan hukum pembiasan cahaya. Wajarnya, struktur serat optik yang banyak digunakan untuk keperluan telekomunikasi tersebut dibentuk dengan sangat rapat.
"Namun, untuk mengubahnya sebagai sensor, struktur serat optik direkayasa agar cahaya dapat berinteraksi dengan sampel makanan," paparnya.
Ia menambahkan, ada bagian serat optik yang sengaja dimodifikasi sehingga cahaya yang lewat akan tereksitasi atau mengalami kebocoran untuk berinteraksi dengan sampel. Ketika cahaya terganggu oleh sampel, sifat cahaya mengalami perubahan.
Ika memerinci, modifikasi struktur serat optik bisa dilakukan dengan memberi lekukan, mereduksi ukuran, atau menggabung serat optik satu mode dengan serat optik dua mode. Ia mengakui, Laboratorium Rekayasa Fotonika ITS masih menganalisis dan mengkarakterisasi berbagai bentuk modifikasi serat optik yang memungkinkan, seperti U-bend, taper dan MSM.
Sebagai hasil uji dari sensor serat optik ini, Laboratorium Rekayasa Fotonika ITS pernah menguji sampel berupa minyak zaitun yang ditetesi minyak babi. Hasilnya, semakin banyak minyak babi yang diteteskan, semakin berkurang pula intensitas dan spektrum cahaya yang dihasilkan pada titik akhir.
Baca: Mahasiswa Itera Kembangkan Alat Deteksi Kantuk untuk Pengemudi Kendaraan Berat
Namun, Ika menyadari ada banyak hal yang mempengaruhi proses pengidentifikasian sampel. Misalnya, temperatur dari sampel dan kompleksitas dari jenis sampel yang diidentifikasi.
"Sejauh ini masih belum dapat dikatakan apa yang menjadi tolak ukur penilaian sampel positif dan sampel negatif karena masih perlu dikaji lebih dalam terkait hal ini," ungkapnya.
Guna pemanfaatan yang lebih besar, Ika menuturkan bahwa pengembangan teknologi sensor serat optik ini masih terus dilakukan di Laboratorium Rekayasa Fotonika ITS. "Kami (tim peneliti sensor serat optik, red) mengupayakan untuk memaksimalkan pemanfaatan teknologi sensor optik ini agar mendatangkan manfaat dalam berbagai bidang," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id