Melansir ruangguru.com, Thales diketahui mulai mengamati gosokan batu ambar dan bulu kucing yang ternyata dapat menarik rumput kering. Walau Thales masih terheran pada saat itu, tetapi catatannya menandakan bahwa manusia kuno mulai mengamati fenomena listrik statis.
Fenomena listrik statis dari Thales menjadi tenar pada awal 1700-an. Orang-orang pada saat itu menggunakan listrik statis sebagai hiburan, dalam istilah saat ini nge-prank. Orang-orang mulai menggosokkan batang kaca pada kain wol dan menyentuh siapapun agar terkejut. Bahkan Louis XV pernah menyuruh 180 pasukannya untuk bergandengan tangan agar bisa di-prank setrum olehnya.
Ada sebuah misteri heboh juga soal sejarah kelistrikan dari kota Baghdad. Ditemukan artefak berusia 2000 tahun berupa vas yang berisikan struktur komposisi menyerupai baterai basah di Baghdad. Vas itu dipercaya digunakan sebagai alat kesehatan terapi listrik. Tetapi, akibat kurang kuatnya bukti, fenomena tersebut dianggap sebagai sebuah kebetulan biasa.
Fenomena kelistrikan kemudian diteliti oleh ilmuwan asal Inggris, William Gilbert. Pada 1600, William yang pertama meneliti adanya gaya tarik listrik dan medan listrik. Charles F. C. DuFay, seorang ahli kimia asal Prancis pada Tahun 1733 juga meneliti bahwa ada dua buah muatan dalam listrik, yaitu positif dan negatif.
Hal kelistrikan kemudian diteliti oleh pemikir sekaligus peneliti listrik terkenal asal Amerika Serikat, Benjamin Franklin. Pada 1751, Franklin berhasil mempublikasikan buku soal kelistrikan berjudul 'Experiments and Observation of Electricity'. Buku ini berisi tentang pengamatannya pada fenomena kelistrikan lewat listrik statis yang sedang booming pada saat itu.
Baca: Pascaerupsi Gunung Api Nusantara Banyak Dilirik Ahli di Eropa
Dalam bukunya, Franklin sudah menyebutkan beberapa istilah kelistrikan, seperti adanya dua kutub pada aliran listrik, yaitu negatif dan positif. Franklin beranggapan bahwa petir pun termasuk fenomena kelistrikan. Belum cukup puas, dirinya melakukan eksperimen langsung dengan menggunakan sebuah layangan.
Kalau kalian sering melihat gambar Franklin tersambar petir saat menerbangkan layangan, itu salah ya! Franklin menerbangkan layangan yang dipasang pada sebuah ujung besi lancip saat terjadi hujan badai. Dirinya ingin membuktikan bahwa hujan dapat menyebabkan listrik statis secara besar-besaran.
Kemudian, di bagian bawah pada benang layangan, sekitar setengah meter dari genggaman, Franklin menggantungkan kunci logam. Sedangkan, pada genggaman, Franklin menggunakan sambungan benang sutra agar setrum tidak langsung mengenai tangannya.
Tanpa ada petir, Franklin di tempat teduh berusaha memegang kunci itu secara perlahan, dan voila! Ada sengatan listrik skala kecil yang menyengatnya.
Percobaan tersebut menandakan adanya perpindahan elektron listrik dari awan, ke kutub positif, yaitu badannya sendiri. Dari percobaan Franklin ini juga membuktikan bahwa listrik bisa diteliti, dipelajari, bahkan menuju untuk dikendalikan dalam skala tenaga yang besar. Hal itu membuatnya 'viral' di seluruh dunia dan penelitian soal listrik kembali menarik untuk diteliti.
Setelah eksperimen Franklin, banyak penemuan besar soal kelistrikan terjadi. Pada 1800, Alessandro Volta, seorang fisikawan Italia berhasil menemukan baterai sebagai sumber listrik. Pada 1808, Humphry Davy juga berhasil mengubah energi listrik menjadi cahaya dalam lampu busurnya.
Penemuan-penemuan tersebut terus berlangsung, hingga sampai kepada seorang ilmuwan listrik asal inggris bernama Michael Faraday. Ia lahir di Newington pada 1791.
Awalnya, Faraday bekerja sebagai tukang jilid buku dan banyak membaca catatan tentang penelitian. Ketertarikannya itu membuatnya diundang perkuliahan oleh ilmuwan tersohor Humphry Davy, bahkan sampai jadi asisten di laboratorium Davy.
Baca: Sudah Tahu Belum? Ini Istilah yang Sering Muncul di Informasi Beasiswa
Di sana, Faraday mulai melakukan eksperimen, salah satu yang terkemuka adalah tentang penemuan fenomena elektromagnetik. Lewat baterai, dirinya mengamati bahwa dengan lilitan tembaga yang terhubung pada baterai ternyata menyebabkan medan magnet. Kemudian, Faraday memiliki hipotesis, jika listrik bisa menghasilkan magnet, maka magnet juga bisa menghasilkan listrik.
Faraday pun menggunakan lilitan tembaga tersebut untuk menyelubungi magnet, ternyata ada sebuah aliran listrik yang terjadi selama magnet bergerak. Alhasil, Faraday berkesimpulan jika magnet bergerak dalam lilitan tembaga tertutup akan menghasilkan arus listrik. Dari eksperimen inilah Faraday menemukan adanya induksi elektromagnetik.
Induksi elektromagnetik menjadi cikal bakal dinamo, energi listrik yang bisa dihasilkan dari energi kinetik (gerak). Hingga pada 1931, dirinya mendemonstrasikan dinamo hasil dari induksi elektromagnetiknya tersebut. Berkat penemuan cemerlang inilah, dirinya disebut sebagai Bapak Listrik Dunia dan membuat listrik bisa digunakan secara langsung.
Jadi, siapakah penemu listrik? Setelah membaca ini, rasanya tidak terlalu penting mendebatkannya, karena sebuah penemuan bisa kita anggap selalu berkembang menjadi cerita yang unik.
Mungkin Benjamin Franklin berhasil memantik soal fenomena kelistrikan, tetapi Faraday bisa membuat pemikiran Franklin menjadi percikan yang lebih besar, yaitu listrik untuk kebermanfaatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id