Salah satu mahasiswa bimbingan Ganden sedang melakukan penelitian di Laboratorium Kimia Analitik FST UNAIR. Dok Humas Unair
Salah satu mahasiswa bimbingan Ganden sedang melakukan penelitian di Laboratorium Kimia Analitik FST UNAIR. Dok Humas Unair

Peneliti Unair Ciptakan Aplikasi Teknologi Lingkungan Ubah Senyawa Berbahaya

Arga sumantri • 14 April 2021 12:00

Ganden mengungkapkan, telah dilakukan uji coba berskala laboratorium bersama salah satu mitra dari Pasuruan. Diketahui, pabrik tersebut menghasilkan fenol sebagai limbah dengan konsentrasi yang sangat tinggi lebih dari 100.000 part per million (ppm). Saat diuji coba didapati hasil sangat bagus yakni 90 persen telah didegradasi.
 
Selain itu, uji coba juga dilakukan pada beberapa limbah zat warna tekstil. Seperti warna merah dari rhodamin B, warna kuning dari metanil yellow, atau misalnya zat warna golongan senyawa azo. Setelah diuji coba, hasil degradasi yang didapat rata-rata di atas 90 persen.
 
Ganden menjelaskan, secara teoritis tidak ada yang hilang dalam proses penggunaan bahan. Bahan yang telah dipakai dapat terus digunakan. Sifat reusable ini karena bahan graphene oxide dan Fe3O4 tergolong dalam senyawa yang bersifat magnetik dan proses pemisahannya dari larutan limbah sangat mudah.

Dengan adanya penelitian ini, Ganden berharap dapat memproduksi graphene oxide dan Fe3O4 dalam jumlah yang banyak. Dengan begitu, ke depan pengolahan tidak hanya skala laboratorium tetapi bisa ke skala industri. 
 
"Bahkan ada mitra dari perusahaan pabrik gula yang berminat untuk memproduksi graphene oxide dari bagas tebu," ujarnya.
 
Baca: Unair Optimistis Vaksin Merah Putih Dapat Diproduksi Akhir 2021
 
Ia menyebut akan juga membuat sistem pengolahan limbah yang nantinya bisa dipasarkan dalam bentuk paket pengolahan. Jadi, tim tidak hanya memproduksi graphene oxide dan Fe3O4 tapi sekalian dengan sistemnya, sistem IPAL.
 
Inovasi in diharapkan bisa mengatasi permasalahan lingkungan dari tahun ke tahun selalu menjadi perhatian, terutama masalah pencemaran air. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 46 persen sungai di Indonesia dalam keadaan status tercemar berat, 32 persen tercemar sedang berat, 14 persen tercemar sedang dan 8 persen tercemar ringan.
 
Mayoritas pencemar yang biasa dibuang di lingkungan mengandung senyawa organik berbahaya. Ada juga terkandung senyawa anorganik khususnya logam berat. Adanya kandungan berbahaya tersebut dapat mempengaruhi kesehatan bagi makhluk hidup yang ada di sekitar lingkungan tercemar.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan