Pengembangan PLTP Modular diharapkan dapat kompetitif berdasarkan pengalaman pengembangan PLTP Kamojang di Kabupaten Bandung, Jawa Barat dan PLTP Lahendong di di Sulawesi Utara.
PLTP Modular didesain dengan konsep tapak lebih ringkas, mobilisasi dan instalasi cepat, dan fleksibel ditempatkan pada kepala sumur dimana pun.
Kapasitas sesuai potensi sumur sekitar 3 hingga 5 MW, cepat menghasilkan listrik begitu sumur siap diproduksi, dan modul PLTP dapat digeser dari sumur yang sudah tidak ekonomis ke sumur yang masih produktif.
Ia mengatakan pihaknya telah melakukan studi kelayakan PLTP Modular 2×3 MW di Sibayak, Sumatera Utara. Investasi PLTP diperkirakan mencapai kurang dari 2 juta dollar AS per MW, sehingga layak dari sisi ekonomis dan teknis.
Baca:
Pakar Kebijakan Publik UNAIR Minta BRIN Berhati-hati saat Restrukturisasi
Produk PLTP Modular mempertimbangkan TKDN yang melibatkan industri dalam negeri. Komponen utama PLTP adalah turbin dan generator. Saat ini, kata Cahyadi, Jepang menempati urutan pertama sebagai produsen manufaktur turbin PLTP condensing. Padahal, negara itu mempunyai potensi panas bumi yang jauh lebih sedikit.
Menurut Cahyadi, dengan potensi panas bumi yang besar dan TKDN tinggi, Indonesia seharusnya dapat menempati posisi kedua atau ketiga produsen turbin generator PLTP di dunia. Ia mengatakan Pulau Flores di Nusa Tenggara Timur, memiliki potensi panas bumi mencapai lebih dari 150 MW.
Namun, saat ini kapasitas terpasang pembangkit listrik di Flores mencapai 190 MW, dimana 45 persen berasal dari pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) dan 37 persen berasal dari pembangkit listrik tenaga mesin gas.