Psikolog Unpad Retno Hanggarani Ninin. Foto: Humas Unpad.
Psikolog Unpad Retno Hanggarani Ninin. Foto: Humas Unpad.

Tren Spirit Doll, Psikolog: Tak Wajar jika Dimainkan Orang Dewasa

Arga sumantri • 08 Januari 2022 08:01

Wajar atau Tidak Wajar?

Ninin memaparkan, batas kewajaran terhadap fenomena ini bergantung pada peran yang diletakkan pemilik boneka tersebut. Jika anak-anak yang bermain boneka dan memperlakukannya layaknya temannya, itu merupakan sebuah kewajaran dari perspektif tumbuh kembang, karena faktor usianya.
 
"Pada usia anak, ketika dia berkomunikasi dengan boneka, seolah-olah bonekanya hidup dan menjadi teman bermain itu adalah sesuatu yang wajar. Kita tidak menganggapnya wajar ketika di tahapan usia lanjut, mereka memperlakukan boneka dengan cara yang sama," kata Ninin.
 
Ninin mengungkapkan, ketika di usia dewasa seseorang masih memperlakukan boneka seperti pada usia anak-anak, maka ada sesuatu dari kondisi psikologisnya yang mencetuskan dia untuk membutuhkan cara tersebut.

Baca: Tren Spirit Doll, Kemenag: Manusia Tak Bisa Memindahkan Roh
 
Ketidakmampuan seseorang dalam menghadapi persoalan hidup secara mandiri kadang kala membuatnya memerlukan teman untuk mendengar, berdiskusi, dan berbicara. Ketiadaan pendamping yang bisa diajak mendengar, berkomunikasi, dan memberikan dukungan, bisa jadi membuat seseorang memilih untuk memiliki 'teman komunikasi' yang lain.
 
Berdasarkan tradisi dan budaya, menurut dia, perilaku itu bisa jadi tidak lazim. Tetapi, kenyataannya ada orang yang memilih cara itu untuk membuatnya memiliki teman berkomunikasi atau teman hidup. 
 
"Padahal, ‘teman’ yang dia pilih itu tidak bisa menjadi partner untuk memberikan komunikasi atau emosi balasan," jelasnya.
 
 
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan