Guru Besar UGM Prof. Dr. dr. Lina Choridah, Sp.Rad (K). DOK UGM
Guru Besar UGM Prof. Dr. dr. Lina Choridah, Sp.Rad (K). DOK UGM

Mamografi Berbasis AI Berpotensi untuk Deteksi Dini Kanker Payudara

Renatha Swasty • 19 Februari 2025 10:29
Jakarta: Jumlah penderita kanker payudara terus meningkat. Namun, sebagian besar penderita kanker payudara terdiagnosis pada stadium lanjut karena pada stadium awal sering tidak disadari dikarenakan tidak menimbulkan rasa sakit.
 
Menurut laporan WHO, kanker payudara merupakan keganasan tertinggi pada perempuan di seluruh dunia (11,6 persen). RS dr. Sardjito Yogyakarta mencatat sejak tahun 2008 sampai 2021, kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak dialami oleh pasien penderita kanker.
 
Dosen bidang Radiologi-Pencitraan Payudara dan Reproduksi Perempuan dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. dr. Lina Choridah, Sp.Rad (K) menyebut mamografi berbasis AI potensial untuk deteksi dini kanker payudara.

Dia mengatakan pencitraan payudara berkolaborasi dengan AI akan menjadi bagian penting dalam penatalaksanaan kanker yang berpusat pada pasien. Menurutnya, analisis mamogram berbasis AI sudah mengungguli model penilaian risiko tradisional berdasarkan riwayat pribadi dan keluarga.
 
“Pendekatan skrining yang lebih personal dan berbasis risiko, dengan memanfaatkan teknologi terbaru, dapat meningkatkan deteksi dan penanganan kanker payudara,” kata Lina dalam pidato Jabatan Guru Besar dikutip dari laman ugm.ac.id, Rabu, 19 Februari 2025.
 
Lina menyampaikan pidato berjudul “Masa Depan Radiologi dalam Penguatan Strategi Pengelolaan Kanker Payudara”. Dalam pemaparannya, Lina menyebut beberapa tahun terakhir, modalitas pencitraan payudara lainnya, seperti Breast Computerized Tomography (BCT), telah dikembangkan.
 

Selain itu, penelitian awal mengenai Electrical Impedance Tomography (EIT) telah dilakukan di Indonesia. Meski teknologi EIT memiliki resolusi pencitraan lebih rendah dibandingkan dengan USG.
 
Namun, EIT mampu membedakan lesi solid dan kistik dan diharapkan dapat lebih dikembangkan sebagai modalitas pencitraan payudara. “Kedua teknologi tersebut merupakan bagian dari pemeriksaan mamografi,” papar dia.
 
Lina menjelaskan mamografi adalah metode skrining yang paling umum digunakan untuk mendeteksi kanker payudara. Meskipun, keberhasilan program skrining berbasis populasi dan pengembangan metode lokalisasi lesi payudara preoperasi menyebabkan peningkatan pemanfaatan mamografi.
 
Salah satu opsi yang kini juga dikembangkan mendeteksi kanker payudara melalui perangkat USG yang didukung oleh AI. Di era digital seperti sekarang, perkembangan artificial intelligence diciptakan untuk mempermudah pekerjaan manusia.
 
Bidang radiologi juga tidak luput dari cengkeraman AI. Lina menegaskan penggunaan AI di bidang radiologi bukan upaya menggantikan dokter spesialis radiologi.
 
Sebaliknya, AI adalah suatu alat bantu yang akan memudahkan pekerjaan dokter spesialis radiologi. Sehingga, dapat meningkatkan fokus terhadap pasien dan bahkan memunculkan peluang untuk mengembangkan keahlian dalam penatalaksanaan deteksi kanker payudara.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan