Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia kembali melantik penelitinya sebagai Profesor Riset, hari ini, Selasa, 27 Juli 2021. Profesor Riset yang akan dilantik tersebut adalah Profesor Riset ke-151, 152, 153, dan 154 secara berurutan di lingkungan LIPI.
Terdapat empat kandidat yang akan dilantik, yaitu Rudi Subagja (Pusat Penelitian Metalurgi dan Material), Sensus Wijonarko (Pusat Penelitian Fisika), Danny Hilman Natawidjaja (Pusat Penelitian Geoteknologi), dan Efendi (Pusat Penelitian Metalurgi dan Material).
Rudi Subagja membacakan naskah orasi Profesor Risetnya yang berjudul “Pengembangan Teknologi Proses Ekstraksi Titanium, Nikel, dan Tembaga untuk Kemandirian Industri Nasional". Rudi menyampaikan, bahwa Indonesia mempunyai sumber daya mineral di beberapa daerah, tetapi belum dimanfaatkan secara optimal.
Hal ini tampak dari mata rantai industri nasional yang belum lengkap dan masih adanya ketergantungan Indonesia pada impor bahan logam. “Sehingga permasalahan nasional yang dihadapi Indonesia adalah bagaimana menciptakan teknologi untuk memanfaatkan dan meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral Indonesia menjadi komoditas logam yang
diperlukan oleh bangsa Indonesia,” ujar Rudi.
Melalui kegiatan penelitian proses metalurgi ekstraksi yang ia lakukan, telah dikembangkan teknologi proses pengolahan ilmenit menjadi TiO2, proses pengolahan bijih nikel laterit kadar rendah menjadi konsentrat nikel dan logam nikel serta proses pengolahan bijih tembaga malasit menjadi logam tembaga.
Sementara itu, Sensus Wijonarko mengangkat naskah orasi Profesor Riset berjudul “Instrumentasi Neraca Air dalam Sistem Pengamat Hidrometeorologi Terpadu untuk Upaya Mewujudkan Ketahanan Air”. Ia menyampaikan bahwa ketahanan air suatu kawasan dapat diperkirakan dari neraca air (keseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan air) yang didapat melalui metode perhitungan tentang pergerakan air.
Baca juga: Guru Besar Unpad Arief Anshory Yusuf Terpilih Jadi Ketua FDGBI 2021-2023
Perhitungan ini mampu mendapatkan neraca air dalam lingkup luas, tetapi perlu data yang lama dan ahli yang dapat melakukannya. Hasil rata-rata tersebut juga mempunyai beberapa kelemahan, di antaranya tidak dapat dipakai untuk melihat kondisi sesaat.
“Kesulitan tersebut dapat diatasi atau dikurangi dengan metode pengukuran neraca air memakai instrumentasi neraca air yang diharapkan dapat menjadi salah satu bagian dari sistem pengamat hidrometeorologi terpadu pada masa mendatang,” jelas Sensus.
FOLLOW US
Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan