BRIN ilus. DOK BRIN
BRIN ilus. DOK BRIN

BRIN-ASPI Godok Roadmap Pengembangan Terapi Sel Punca Nasional

Renatha Swasty • 04 Agustus 2025 13:46
Jakarta: Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menegaskan komitmennya mendukung pembentukan roadmap nasional untuk inovasi terapi sel punca. Peta jalan ini akan menjadi pedoman riset dan strategi adopsi teknologi medis berbasis sel yang inklusif dan memperhatikan kesiapan sistem kesehatan Indonesia.
 
“BRIN dan ASPI (Asosiasi Sel Punca Indonesia) sepakat membentuk kolaborasi berkelanjutan lintas negara dan lintas sektor. Kolaborasi ini diharapkan melahirkan produk inovatif yang tidak hanya berbasis riset berkualitas, tetapi juga dapat diadopsi oleh industri kesehatan secara nyata,” kata Kepala Organisasi Riset Kesehatan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), NLP Indi Dharmayanti, dalam keterangan tertulis, Senin, 4 Agustus 2025. 
 
BRIN dan ASPI menggelar Seminar Internasional BRIN-ASPI 2025 bertajuk “Future Directions and Opportunities in Stem Cell Innovation for Clinical Application and the Health Industry”. Indi mengatakan seminar menunjukkan kesiapan Indonesia sebagai pemain utama dalam peta global terapi regeneratif. 
 
BRIN dan ASPI mengajak seluruh pihak bergandeng tangan menciptakan ekosistem inovasi kesehatan berbasis ilmu pengetahuan, kolaborasi, dan keberlanjutan,” ujar dia. 
 
Ketua Asosiasi Sel Punca Indonesia (ASPI), Rahyussalim, menyebut sinergi BRIN-ASPI membuka jalur baru mempercepat translasi hasil riset menjadi terapi yang aman, efisien, dan terjangkau. “Melalui forum ini, kita tidak hanya mengejar kemajuan teknologi, tetapi juga membangun model implementasi terapi regeneratif yang kontekstual dengan tantangan lokal dan global,” jelas dia. 
 
Baca juga: Kabar Baik dari Inggris, Penelitian Mahasiswa Indonesia Soal Sel Punca Raih Hak Paten 

Sebanyak 200 peserta dari dalam dan luar negeri menghadiri seminar yang mempertemukan pakar sel punca dari Asia, Eropa, hingga Amerika. Mereka membahas potensi besar terapi regeneratif berbasis sel dan turunannya (secretome, exosomes) yang dinilai sebagai masa depan pengobatan berbasis personalisasi dan presisi.
 
Sesi simposium mencakup bahasan topik cell-free therapy, bioengineering, uji klinis, hingga tantangan regulasi terapi sel. Narasumber utama termasuk Dirjen Farmalkes Kementerian Kesehatan, Kepala BPOM, hingga peneliti senior dari Iran, Jepang, Korea Selatan, dan Thailand menampilkan pendekatan inovatif dari masing-masing negara.
 
Pada hari pertama, diskusi mengupas pemanfaatan secretome dan extracellular vesicles (EVs) untuk terapi non-seluler. Beberapa hasil riset menunjukkan efektivitas tinggi EVs dalam penyembuhan jaringan tanpa risiko imunitas silang. Hal ini membuka potensi besar pengobatan regeneratif yang lebih aman dan logistiknya lebih sederhana.
 
Hari kedua fokus pada terapi berbasis sel (cell-based therapy), termasuk uji klinis terapi stem cell untuk stroke, penyakit kardiovaskular, dan gangguan degeneratif lainnya. Peneliti dari BRIN dan mitra internasional mempresentasikan data pre-klinis hingga rencana hilirisasi produk kesehatan yang berbasis bukti ilmiah.
 
Seminar juga menggelar kompetisi ilmiah untuk peneliti muda dan mahasiswa, sebagai upaya menumbuhkan ekosistem riset translasional sejak dini. Kompetisi ini dinilai sebagai bagian integral dari penciptaan SDM unggul dalam bidang biofarmasetika dan biomedis.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan