“Sebagai metode, fisika berperan dalam kajian atmosfer dalam pengamatan, pemodelan numerik, analisis data, serta eksperimen dan observasi lapangan,” kata Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer (PRIMA) Badan Riset dan Inovasi Nasional, Trismidianto, saat menerima kunjungan Himpunan Mahasiswa Fisika (HIMAFI) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM) dikutip dari laman brin.go.id, Jumat, 15 Agustus 2025.
Trismidianto menjelaskan dasar fisika atmosfer dan metode fisika penting dalam mengungkapkan fenomena atmosfer di Indonesia dalam skala lokal, fenomena ekstrem dan skala global atau regional berkaitan dengan extreme rain heatwave, El Niño-Southern Oscillation - ENSO, Indian Ocean Dipole - IOD, dan Madden-Julian Oscillation - MJO. Hal ini akan mengungkapkan tantangan dan solusi berupa prediksi cuaca dan iklim, mitigasi bencana, perubahan iklim dan energi terbarukan.
Lulusan S3 Earth and Environmental Sciences, Hirosaki University, Jepang itu merinci berbagai program studi fisika dalam penerapannya di sains iklim dan atmosfer. Ia mencontohkan seperti minat Fisika Teori mengambil peran dalam model teoritis dinamika konveksi dan siklon tropis.
Fisika Nuklir dalam penerapannya pada rekonstruksi iklim masa lalu dari inti es atau sedimen. Sedangkan, Fisika Medis dalam penerapannya di sains iklim dan atmosfer adalah pada aplikasi metode analisis citra medis untuk citra atmosfer.
“Dan penerapan Geofisika pada sains iklim dan atmosfer adalah studi interaksi atmosfer-laut dalam variabilitas iklim,” tutur dia.
Trismidianto juga menerangkan terkait kesetimbangan energi dan peranan atmosfer. Sumbu rotasi bumi dengan kemiringan sebesar 23,5 derajat saat mengelilingi matahari menyebabkan perbedaan pancaran sinar matahari yang diterima oleh berbagai tempat di bumi.
| Baca juga: 5 Lapisan Atmosfer Bumi dan Karakteristiknya |
Perbedaan pemanasan bumi ini menyebabkan adanya distribusi suhu yang tidak merata sehingga terjadi perbedaan tekanan yang menyebabkan gerakan atmosfer dan angin. Pada skala lebih besar, karena matahari selalu memanaskan ekuator sebagai lintang rendah lebih banyak ketimbang kutub sebagai lintang tinggi, ekuator akan terus makin panas dan kutub makin dingin menciptakan sistem yang sangat tidak setimbang.
“Atmosfer berusaha mengembalikan kesetimbangan dengan memindahkan panas ke arah kutub. Di sinilah sistem cuaca dan iklim terbentuk,” papar dia.
Selain itu, perbedaan pemanasan bumi mengakibatkan terjadi perbedaan lamanya siang, malam dan pergantian musim. Indonesia sebagai negara dengan fitur geografis kompleks. Berbentuk kepulauan dengan topografi yang bervariasi serta terletak di wilayah khatulistiwa (ekuator).
“Terletak antara dua benua yaitu Asia dan Australia dan dua samudera yaitu Hindia dan Pasifik menjadikan Indonesia memiliki sistem cuaca dan iklim yang unik," kata dia.
Posisi Indonesia di wilayah ekuator membuat energi radiasi pada umumnya melimpah di atas Indonesia. Energi ini digunakan salah satunya untuk memanaskan permukaan sehingga Indonesia memiliki suhu yang relatif tinggi dengan kandungan uap air yang banyak.
Kondisi ini menjadikan liputan awan dan rataan curah hujan di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah lintang menengah dan tinggi.
“Energi radiasi yang diterima diubah ke berbagai bentuk. Perubahan dan penyetimbangan energi paling utama terjadi di atmosfer dan lautan,” jelas Trismidianto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
