Terdapat juga alat pengering tipe fluidized bed dryer yang mampu menghasilkan produk kering dengan warna yang relatif utuh. Pengering tipe ini bekerja dengan proses pengeringan dengan media hembusan angin dari arah bawah ke atas.
Namun, alat ini tidak dapat dijangkau masyarakat yang menjalankan industri rumahan. Baik dari sisi ketersediaan di pasaran, maupun dari sisi ketersediaan biaya operasional.
Dosen Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB University, Tjahja Muhandri, menemukan teknik pengeringan sederhana dengan bantuan matahari tanpa merusak warna produk. Tjahja hanya membutuhkan alat tambahan berupa kipas angin untuk menyempurnakan tekniknya.
"Embusan angin berguna untuk mencegah terjadinya kenaikan suhu secara drastis dan penumpukan uap air serta penumpukan zat aktif penyebab reaksi oksidasi yang menyebabkan produk menjadi kecoklatan," ujar Tjahja melalui keterangan tertulis, Jumat, 8 Januari 2021.
Teknik kombinasi ini ia temukan secara tidak sengaja di sela aktivitas hariannya membersihkan halaman rumah. Ketika itu, Tjahja menemukan adanya dedaunan yang tetap hijau meski telah berada di dalam wadah selama beberapa minggu. Sedangkan, dedaunan yang berada di wadah yang lain telah membusuk.
"Kira-kira tiga minggu sebelumnya saya memangkas pohon di halaman. Dedaunan hasil pangkasan saya masukkan ke dalam plastik. Dedaunan hijau ini sudah mulai kecoklatan dan bau fermentasi. Sedangkan di plastik lain ada tiga helai daun hijau yang saya campur dengan daun kering warnanya tetap hijau," paparnya.
Dari pengamatan tersebut Tjahja menyimpulkan bahwa penyebab daun berubah menjadi kecoklatan adalah penumpukan uap air, peningkatan suhu secara drastis, yang menyebabkan degradasi klorofil serta penumpukan zat aktif yang dikeluarkan oleh dedaunan segar.
Pada kasus tersebut, ketiga hal yang menjadi penyebab daun berubah kecoklatan, dengan cepat diserap oleh dedaunan kering di sekitarnya, sehingga tidak menyebabkan perubahan warna pada dedaunan segar.
"Dari situ saya berpikir berarti proses pengeringan yang jika uap airnya bisa kita buang, suhunya bisa kita turunkan, zat aktif dari daun segar kita buang, maka produk tidak akan coklat," ujarnya.
Baca: Tim Riset Vaksin Unpad Rekomendasikan Sinovac Kantongi EUA
Dr Tjahja merupakan peneliti aktif di IPB University, baik di Seafast Center maupun di Pusat Studi Biofarmaka Tropika. Ia memutuskan melakukan percobaan ulang dengan bantuan kipas angin sebagai eliminator atau penghilang uap air, panas dan penumpukan zat aktif di sekitar produk yang dikeringkan.
"Hari itu saya langsung beli kipas angin dan kain kasa nyamuk. Saya kumpulkan bahan-bahan di sekitar rumah seperti daun salam dan seledri. Dan benar, keesokan harinya saat saya amati, dedaunan tersebut kering dan warnanya tidak berubah,” tambahnya.
Meski dari segi fisik warnanya mampu dipertahankan, tetapi teknik pengeringan temuan Tjahja ini masih perlu dilakukan riset lebih lanjut untuk memastikan tekniknya tidak hanya mampu mempertahankan warna, namun juga berbagai zat aktif yang ada di dalam produk.
Tetapi, teknik ini menjadi harapan besar. Terutama, bagi pelaku usaha rumahan atau home industry untuk dapat meningkatkan kualitas produk dengan alat pengeringan yang sederhana dan tentunya biaya operasional yang terjangkau.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News