Ilustrasi kucing. DOK Pexels
Ilustrasi kucing. DOK Pexels

Hati-Hati, Parasit Kucing Bisa Bikin Gangguan Serius Fungsi Otak

Renatha Swasty • 25 Juni 2025 17:34
Jakarta: Penelitian terbaru mengungkap sebuah parasit bersumber dari kucing dapat merusak otak secara serius. Parasit bernama Toxoplasma gondii (T.gondii) ini hanya dapat berkembang biak di dalam tubuh kucing.
 
Meskipun hanya dapat bereproduksi di satu hewan, parasit kucing ini dapat hidup dan menginfeksi hampir semua makhluk berdarah panas, termasuk manusia. Yuk simak penelitian terbaru terkait infeksi parasit kucing yang telah diterbitkan dalam jurnal PLOS Pathogens ini dikutip dari laman Science Alert:
 
Dampak dari infeksi yang disebabkan parasit umum dapat mengganggu fungsi otak inangnya. Bahkan ketika jumlah neuron yang terpengaruh relatif kecil, toksoplasmosis (nama infeksi yang disebabkan T. gondii) secara signifikan dapat mengganggu komunikasi antar neuron. Hal ini terungkap dalam sebuah penelitian berikut yang melibatkan sel otak tikus.

Neuron yang terinfeksi parasit T. gondii melepaskan lebih sedikit vesikula ekstraseluler (extracellular vesicles atau EV), yaitu sebuah paket kecil berbentuk lipid yang mengandung protein, asam nukleat, dan metabolit yang digunakan untuk komunikasi antar sel. 
 
Ahli imunologi parasit Emma Wilson dari Universitas California Riverside School of Medicine mengatakan, “Kami menemukan bahwa gangguan pada sinyal EV dapat mengganggu cara neuron dan sel glial, terutama astrosit, menjaga lingkungan otak tetap sehat.”
 
“Bahkan sejumlah kecil neuron yang terinfeksi dapat mengubah keseimbangan neurokimia otak. Hal ini menunjukkan komunikasi antara neuron dan sel glial pendukung sangat penting, tetapi juga rentan terhadap pengaruh parasit.”
 
T. gondii adalah parasit yang terkenal dapat mengubah perilaku inangnya, baik secara positif maupun negatif. Parasit ini suka bersarang di dalam sel, terutama neuron, dengan menembus penghalang darah-otak. Setelah berada di dalam, protozoa ini dapat bertahan selama puluhan tahun.
 
Penelitian mengungkapkan perubahan perilaku yang ditimbulkan, seperti tikus yang tiba-tiba tertarik pada bau urin kucing. Hal ini meningkatkan peluang tikus bertemu dengan kucing yang merupakan predatornya.
 
Baca juga: Jangan Kasih Susu ke Kucing! Ini Bahayanya 

Namun, beberapa studi menunjukkan bukti manipulasi perilaku yang disebabkan parasit ini bersifat tidak langsung, terutama pada manusia. Perilaku manusia sangatlah kompleks, sehingga sulit menghubungkan pengaruh perubahan perilaku secara pasti dengan parasit ini.
 
Maka dari itu, penelitian ini lebih berfokus pada bukti fisik. Penelitian dilakukan dengan menginfeksi neuron tikus dengan T. gondii dan menganalisis produksi serta isi EV-nya, lalu membandingkannya dengan neuron sehat.
 
Para peneliti menemukan bukti tidak hanya produksi EVs berkurang, tetapi isi dari paket tersebut juga berubah dibandingkan dengan yang diproduksi oleh neuron sehat. Karena EV berperan dalam menyampaikan informasi antara neuron dan astrosit, perubahan ini memiliki dampak berantai; di mana ekspresi gen pada astrosit ikut berubah, mengakibatkan peningkatan produksi tanda-tanda imun spesifik, dan penurunan transporter yang membantu menghilangkan glutamat berlebih dari otak.
 
Glutamat berlebih dikaitkan dengan masalah seperti kejang dan kerusakan saraf, komplikasi yang diketahui timbul dari kasus toxoplasmosis yang parah. Penelitian ini menunjukkan kita mungkin telah meremehkan dampak T. gondii.
 
Jumlah manusia yang terinfeksi T. gondii sangat besar. Parasit ini biasanya menular melalui makanan yang tidak dimasak dengan baik, seperti daging setengah matang, atau kontak dengan kotoran kucing. Tingkat prevalensi di beberapa daerah mencapai 80 persen, sementara di AS diperkirakan 10 hingga 30 persen penduduk terinfeksi.
 
Sebagian besar orang mungkin tidak pernah menyadari keberadaan parasit kecil ini dalam tubuh mereka dan menjalani hidup tanpa mengalami dampak signifikan. Namun, bagi sebagian orang,  khususnya bayi, lansia, orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, dan wanita hamil, infeksi ini dapat menjadi berbahaya.
 
Langkah pencegahan paling efektif adalah memasak daging hingga matang, mencuci sayuran, dan mencuci tangan setelah menangani kotak pasir kucing. Sementara itu, penelitian seperti yang dilakukan Wilson dapat membantu kita memahami parasit ini lebih baik dan menemukan cara melindungi diri.
 
“Otak kita memiliki pertahanan alami yang mungkin mengenali dan merespons neuron yang terinfeksi T. gondii,” kata Wilson. “Jika kita bisa mempelajari cara mendukung atau meningkatkan proses ini, kita mungkin dapat melindungi orang-orang, terutama yang paling rentan.” (Alfi Loya Zirga
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan