Dasar perhitungannya ialah dengan cara menjumlahkan nilai nama dari suami istri yang bertanggung jawab atas kegiatan itu. Untuk huma sérang ‘ladang suci’, maka nama suami istri Girang Serat ‘dalam hal ini pelaksana upacara’ dihitung dan dijumlahkan.
"Kemudian jumlah aksara ditambah satu, dikurangi oleh jumlah kedua nama suami istri tersebut, sehingga diperoleh angka yang menunjukkan hari naasna ‘sialnya’,” papar Elis.
Minim Terpapar
Elis menjelaskan, kehidupan masyarakat Baduy yang memiliki ciri tersendiri memang tidak bisa lepas dari kehidupan religi, adat, dan tradisi. Religi dimanifestasikan dalam adat istiadat serta tradisi, sehingga tampak kehidupan yang bersifat religi magis.
Ketaatan masyarakat terhadap Jaro dan Puun, rutin mengonsumsi “sembilan” jenis tanaman obat tradisional, serta upaya pencegahan dan pengobatan yang tidak lepas dari perhitungan diyakini memiliki kaitan mengapa masyarakat Baduy, khususnya Baduy Dalam, minim sekali terpapar covid-19.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News