Politikus PDI Perjuangan itu menuturkan, uji klinis obat kombinasi ini dilakukan terhadap 754 subjek. Jumlah ini melebihi target dari BPOM yang hanya 696 subjek.
Uji klinis fase tiga dilaksanakan pada 7 Juli-4 Agustus 2020 di RSUA, Dustira (Secapa AD), Pusat isolasi Rusunawa Lamongan, dan RS Polri Jakarta. Sebanyak 85 persen sampel yang diuji coba dengan obat tersebut sembuh berdasarkan hasil tes Polymerase Cain Reaction (PCR). Proses penyembuhan disebut berlangsung mulai dari satu sampai tiga hari.
Unair bersama Badan Intelijen Negara (BIN) dan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD) mengembangkan tiga kombinasi obat penanganan covid-19. Ketiganya yaitu Lopinavir/Ritonavir dan Azithromycin; Lopinavir/Ritonavir dan Doxycycline; serta Hydrochloroquine dan Azithromyci.
Baca: BPOM: Obat Covid-19 Unair Masih Belum Valid
BPOM menyatakan, tiga kombinasi obat ini belum valid dan masih harus dikoreksi. Dari pengawalan yang dilakukan, terdapat pula temuan kritis, yakni belum adanya kejelasan terkait orang dengan kondisi covid-19 seperti apa obat ini dapat diberikan.
Koreksi lainnya, obat Unair ini belum menunjukkan perbedaan yang signifikan. Menurutnya, hasil riset bisa membuktikan jika obat tersebut bisa memiliki kemampuan lebih dibandingkan dengan obat terapi.
"Jadi masih perlu kita tindaklanjuti lebih jauh lagi. Kita harus melihat dosis, impact, dan efeknya. Jadi perlu ketelitian terhadap aspek validitas nantinya," ujar Kepala BPOM Penny Lukito, Rabu, 19 Agustus 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News