Ilustrasi. Medcom.id
Ilustrasi. Medcom.id

Pakar Klimatologi IPB Beberkan Dampak dan Cara Antisipasi La Nina

Citra Larasati • 04 November 2020 14:04
Jakarta:  Pakar Klimatologi Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Rizaldi Boer, mengungkapkan pentingnya memberikan informasi yang efektif kepada masyarakat agar bisa mendorong semua pihak untuk mengantisipasi terjadinya anomali iklim. Khususnya fenomena La Nina yang diperkirakan akan terjadi di Indonesia di akhir tahun 2020 hingga awal tahun 2021.
 
“Saya melihat memang fenomena dan prediksi cuaca terhadap kondisi La Nina ini masih moderat. Artinya antara lemah dan sedang," kata Rizaldi dalam keterangan tertulis, Rabu, 4 November 2020.
 
Menurut Rizaldi, fenomena La Nina ini akan berdampak terhadap perubahan hujan.  Sehingga menjadi penting bagaimana informasi ini bisa dimanfaatkan dan diantisipasi oleh berbagai sektor.

"Karena kita tahu fenomena ini selalu berulang dan setiap perulangan kita dihadapkan pada persoalan berupa dampak yang cukup meluas di berbagai daerah.  Tetapi upaya antisipasi masih jauh dari yang kita harapkan,” paparnya.
 
Ia juga menyampaikan, bahwa yang menjadi poin penting dan perlu diskusikan adalah bagaimana efektivitas dalam menyampaikan informasi ke pengguna.  Kemudian juga perlu menyampaikan sejauh mana akurasi ataupun kemampuan prakiraan yang disampaikan.
 
Baca juga:  Dosen IPB: La Nina di Indonesia Diprediksi Lemah Hingga Moderat
 
Menurut Rizaldi, pada wilayah yang memiliki perbedaan musim kemarau dan musim hujan yang tidak jelas, pengaruh La Nina biasanya tidak begitu besar. Tapi fenomena La Nina tersebut sangat penting dilihat dan diantisipasi khususnya pada sektor pertanian, karena dampak yang sangat jelas biasanya dirasakan pada perubahan awal masuknya awal musim.
 
"Saya rasa informasi-informasi ini perlu disampaikan, sehingga itu bisa dipetakan secara tepat guna mengantisipasi fenomena La Nina ini,” tutur Dewan Pengawas A3I.
 
Dosen Departemen Geofisika dan Meteorlogi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (GFM-FMIPA) IPB ini juga mengatakan, dengan adanya fenomena La Nina, akan terjadi kemajuan awal musim. Untuk wilayah Indonesia Timur, ini akan banyak memberi manfaat dan benefit terutama ketepatan dalam awal musim tanam.
 
Durasi musim hujan di Indonesia Timur sangat singkat, dengan adanya fenomena ini, kemungkinan terjadi musim hujan yang cukup panjang. "Jadi risiko mengalami musim kekeringan tidak besar,” ujar Guru Besar bidang Manajemen Risiko Iklim, Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim ini.
 
Dengan begitu, pemetaan berbasis risiko yang dikaitkan dengan hasil prakiran menjadi sangat penting untuk disiapkan dan disampaikan. Tentu skill ataupun keakuratan prakiraan ini juga perlu disampaikan sehingga setiap pihak dapat memanfaatkan informasi ini secara efektif dan tentu juga memberikan manfaat yang besar dalam mengurangi dampak dari fenomena tersebut.
 
Menurutnya, manfaat positif dari La Nina cukup banyak, walaupun terdapat dampak negatif juga di dalamnya. Di wilayah-wilayah Indonesia bagian barat, yang memiliki curah hujan tinggi atau wilayah Pantai Utara (Pantura), adanya fenomena La Nina ini tentu akan menimbulkan persoalan yang cukup besar jika tidak diantisipasi.
 
“Saya yakin informasi prakiraan ini sudah rutin dikeluarkan. Memang kelemahan kita bagaimana mengeluarkan informasi itu secara efektif dan bisa mendorong semua pihak untuk melakukan antisipasi," terangnya.
 
Ia menilai, di situ kelemahan yang masih belum optimal diatasi hingga sekarang ini. "Tentu ini kita perlu bicarakan bagaimana agar informasi ini bisa terkomunikasikan dengan baik dan termanfaatkan juga secara efektif,” pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan