Rata-rata lama fenomena tersebut adalah satu hingga tiga tahun. Kondisi saat ini, kata Faqih, semua variabel utama seperti anomali angin zonal, anomali Sea Surface Temperature (SST) dan berbagai indeks ENSO telah mengindikasikan mulai berlangsungnya fenomena La Nina.
“Perbandingan dengan berbagai kategori La Nina dengan berbagai kategori La Nina (lemah, moderat, dan kuat) menunjukkan adanya potensi perkembangan La Nina di Indonesia pada 2020/2021 kemungkinan pola perkembangan ke arah La Nina moderat, walaupun saat ini masih terlalu dini menyimpulkan demikian," terang Faqih.
Ia menyampaikan bahwa fenomena La Nina adalah bagian dari El Nino Southern Oscillation (ENSO). Fenomena tersebut merupakan interaksi lautan atmosfer yang mempengaruhi variabilitas iklim di seluruh dunia.
Ia juga memaparkan, bahwa fenomena La Nina indikatornya sederhana. Artinya bisa dilihat dari peningkatan aktivitas konvektif terutama di bagian timur Samudera Hindia begitu juga Benua Maritim Indonesia.
Sementara di sisi lain adalah kebalikannya, yakni mengurangi aktivitas konvektif di seluruh Pasifik Ekuator. Menurutnya, salah satu ciri yang cukup jelas ketika terjadi La Nina adalah semakin kuatnya angin pasat.
Jadi, kata Faqih, angin-angin yang bergerak dari timur ke barat semakin kuat sehingga muncul peningkatan anomali suhu dan Sea Surface Temperature (SST) di Samudera Pasifik Tropis yang lebih dingin dari normalnya.
"Perlu diwaspadai juga fenomena-fenomena lain yang berinteraksi dengan La Nina ini seperti peningkatan curah hujan di sekitar wilayah benua maritim,” papar dosen Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (GFM-FMIPA) IPB ini.
Baca juga: Sumenep Berpotensi Terdampak La Nina
Namun menurut Faqih, perlu adanya upaya meningkatkan edukasi iklim di masyarakat. Karena masih sering ditemukannya kesalahan dalam memahami istilah dari fenomena cuaca/iklim di tengah masyarakat.
"Fenomena La Nina berkaitan dengan peningkatan kondisi ekstrim basah yang berkaitan dengan bencana hidrometeorologi. Perlu mewaspadai interaksinya dengan berbagai fenomena cuaca/iklim lainnya misal Madden Julian Oscillation (MJO), storm surge dan siklon tropis,” ujarnya.
Sebagai orang yang berkecimpung di bidang meteorologi dan kilmatologi, Faqih merasa memiliki kewajiban menyampaikan informasi kepada masyarakat agar tidak terjadi misleading informasi karena zaman sekarang mudah sekali memperoleh dan menemukan informasi.
"Kadang kita mudah sharing informasi tersebut tanpa mem-filter atau mencerna sehingga informasi tersebut cepat sekali beredar padahal masih belum diketahui kebenarannya,” ujar Faqih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News