Ketua tim Antasena PCEV, Ibrahim Fathahillah Hizbul Islam menyebut pengisi daya portable untuk kendaraan listrik ini dapat mendukung percepatan program kendaraan listrik yang dicanangkan pemerintah.
"Saat ini, kendaraan listrik kurang diminati dikarenakan kurangnya infrastruktur untuk pengisian daya kendaraan serta mahalnya biaya listrik," tutur Fatah, sapaannya, mengutip siaran pers ITS, Rabu, 14 Juli 2021.
Fatah dan tim mendesain pengisi daya yang diberi nama Antasena Portable Charger Electric Vehicle (Antasena PCEV) yang mampu memberikan efisiensi energy. Dengan begitu, mampu meningkatkan ketertarikan masyarakat terhadap kemudahan penggunaan mobil listrik di Indonesia.
Baca: Pakar Unpad: Jangkrik dan Belalang Bisa Jadi Alternatif Protein Hewani
"Alat ini dirancang dengan dimensi 0,98 x 0,56 x 0,79 meter kubik, dan memiliki dua mode penggunaan yaitu portable dan generator," papar pemuda asal Surabaya ini.
Mahasiswa Teknik Material dan Metalurgi itu menerangkan, mode portable digunakan saat ingin bepergian jauh, khusus pada mobil listrik. Sedangkan, mode generator dapat digunakan untuk charging semua kendaraan listrik tanpa listrik PLN di rumah masing-masing.
"Kedua mode tersebut beroperasi dengan memasukkan air pada reaktor hidrogen, sehingga menjadi keunikan tersendiri sebagai generator zero emission dengan bahan air yang mudah didapatkan," paparnya.
Fatah menjelaskan, sistem kerja Antasena PCEV tersebut yaitu dengan mengelektrolisis air menjadi green hydrogen dalam reaktor yang menggunakan daya 456 watt dengan NaOH. Kemudian, akan terbentuk gas Hidrogen Hidrogen Oksigen (HHO) yang selanjutnya dialirkan dan dikonversi menjadi energi listrik hingga 7 kilowatt oleh Internal Combustion Engine (ICE) hidrogen.
"Sehingga kompatibel untuk fast charging mobil listrik dengan waktu 1 jam 58 menit pada baterai 13,8 kilowatt," terangnya.
Antasena PCEV diperkirakan dapat menghasilkan listrik hingga 20.440 kilowatt per tahun, dengan estimasi harga alat sekitar Rp14 juta. Fatah dan tim meyakini jika harga tersebut sangat rendah jika dibandingkan listrik PLN yang mencapai Rp29.529.668 per tahun, sehingga diyakini masih terjangkau untuk dibeli masyarakat.
"Selain itu, pada kondisi maksimum baterai, diperkirakan jarak yang dapat ditempuh adalah 133,86 kilometer," ungkapnya.
Baca: Mahasiswa UB Kembangkan Smart CCTV Covid-19 Pendeteksi Pelanggar Prokes
Melalui inovasi ini, tim Antasena PCEV berhasil meraih kategori Best Vote dalam ajang Astra Green Energy Student Innovation (AGEn SI) 2021 pada 22 Juni lalu yang digelar secara daring. Selain Fatah, tim ini beranggotakan dua mahasiswa Teknik Material dan Metalurgi lainnya yakni Rikza Octavian Pratama dan Risa Wahyu Widyastuti.
Fatah berharap agar inovasi Antasena PCEV ini bisa mendapat pendanaan, sehingga tim dapat mengembangkannya lebih lanjut. "Kami juga berharap agar Antasena PCEV ini dapat terealisasi untuk diproduksi secara massal, sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News