Peneliti UIN SUKA, Fahrul Nurkolis. Foto: UIN SUKA
Peneliti UIN SUKA, Fahrul Nurkolis. Foto: UIN SUKA

Keren! Peneliti UIN SUKA Kantongi Hak Paten Senyawa Antikanker dan Antidiabetes

Citra Larasati • 05 Maret 2025 13:26
Jakarta:  Di tengah tantangan global dalam pengembangan obat berbasis bahan alami, Fahrul Nurkolis, S.Si., muncul sebagai salah satu ilmuwan muda berprestasi di Indonesia.  Ia mencuri perhatian, karena berhasil mengantongi hak paten atas senyawa antikanker dan antidiabetes.
 
Fahrul merupakan lulusan terbaik dan tercepat dari Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (TA 2023/2024). Fahril kini aktif berkontribusi sebagai peneliti di UIN Sunan Kalijaga, almamaternya.
 
Ia dikenal dengan dedikasinya terhadap dunia akademik dan industri farmasi melalui berbagai riset yang dilakukan.   Saat ini, ia melanjutkan studi di bidang Farmakologi pada Program Studi Ilmu Kedokteran Dasar, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga guna memperdalam pemahamannya serta mempercepat pencapaian visi dia tentang hilirisasi bahan alam Indonesia.

Berperestasi di bidang akademik, salah satunya dibuktikan dengan menerbitkan lebih dari 105 karya ilmiah di jurnal internasional bereputasi serta memperoleh hak paten atas senyawa antikanker dan antidiabetes. Dengan rekam jejak tersebut, ia menjadi salah satu peneliti muda yang berkontribusi dalam transformasi riset farmasi di Indonesia.
 
Menurut Fahrul, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa dengan ribuan spesies tumbuhan yang berpotensi menjadi sumber obat alami. Sejumlah senyawa bioaktif dari tanaman asli Indonesia telah terbukti memiliki aktivitas farmakologis, seperti antiinflamasi, antimikroba, antidiabetes, dan antikanker.
 
"Banyak tanaman Indonesia yang memiliki potensi sebagai bahan baku obat. Tantangannya adalah bagaimana riset ini bisa berlanjut hingga tahap produksi dan komersialisasi, sehingga manfaatnya bisa langsung dirasakan oleh masyarakat," ujar Fahrul dikutip dari laman UIN SUKA, Rabu, 5 Maret 2025.
 
Namun,menurut Fahrul, tanpa hilirisasi yang kuat, pemanfaatan sumber daya alam ini akan tetap terbatas. Fahrul mengingatkan, dukungan industri dan pemerintah dapat membuat Indonesia tak lagi hanya menjadi pengekspor bahan mentah, sementara negara lain yang mengolahnya menjadi produk farmasi bernilai tinggi.

Tantangan Hilirisasi Riset

Menurut Fahrul, tantangan terbesar dalam hilirisasi riset farmasi berbasis bahan alam di Indonesia adalah kurangnya infrastruktur, regulasi, dan pendanaan untuk mengembangkan hasil riset menjadi produk siap pasar.  Beberapa kendala utama yang dihadapi dalam hilirisasi riset farmasi berbasis bahan alam.
 
Di antaranya minimnya investasi dari industri farmasi dalam riset dan pengembangan (R&D). Regulasi perizinan yang kompleks untuk sertifikasi produk berbasis bahan alam.
 
Terbatasnya pendanaan untuk uji klinis dan pengembangan produk farmasi. Lalu kurangnya kolaborasi antara akademisi, industri, dan pemerintah.
 
"Banyak penelitian hebat yang dilakukan oleh ilmuwan Indonesia, tetapi hanya sedikit yang benar-benar bisa masuk ke industri dan digunakan oleh masyarakat. Jika kita bisa membangun ekosistem riset yang mendukung hilirisasi, kita tidak hanya menjadi pusat riset farmasi berbasis bahan alam, tetapi juga pemain utama dalam industri farmasi global," tambahnya.
 
Fahrul menegaskan. solusi utama dalam mengatasi hambatan ini adalah meningkatkan kerja sama antara akademisi, industri, dan pemerintah. Dengan dukungan yang tepat, riset yang dilakukan di universitas tidak hanya berakhir sebagai laporan ilmiah, tetapi bisa berkembang menjadi produk farmasi yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
 
Sebagai salah satu ilmuwan muda yang aktif dalam forum akademik internasional, seperti Nordic Nutrition Conference di Finlandia, Asian Congress of Nutrition di China, dan International Conference on Nutrition and Growth di Portugal, Fahrul berharap bahwa riset-riset dari Indonesia bisa mendapat perhatian lebih luas dan diakui dunia.
 
Dengan semangat inovasi dan komitmen dalam penelitian, Fahrul bercita-cita menjadikan Indonesia sebagai pusat pengembangan obat berbasis bahan alam yang diakui dunia. Namun, untuk mencapai visi tersebut, diperlukan sinergi antara akademisi, industri, dan pemerintah dalam membangun sistem riset yang lebih kuat dan berorientasi pada hilirisasi.
 
"Indonesia memiliki segalanya sumber daya alam yang kaya dan ilmuwan berbakat. Jika kita bisa mengatasi kendala dalam hilirisasi riset, Indonesia bisa menjadi pemimpin global dalam industri farmasi berbasis bahan alam," tutupnya.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan