Berdasarkan data BPS 2023, Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Tinggi Indonesia mencapai 31,45 persen atau meningkat dibandingkan dengan tahun 2022 yang mencapai 31,16 dan 31,19 di tahun 2021 serta 30,85 di tahun 2020. Namun, APK Pendidikan Tinggi Indonesia tersebut masih tertinggal dari beberapa negara ASEAN.
Sofyan menyebut rendahnya minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi di Indonesia dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, sosial, dan informasi. Biaya pendidikan yang tinggi, keterbatasan finansial, serta kebijakan rasio SMK:SMA (70:30) membuat banyak siswa memilih untuk bekerja setelah tamat sekolah.
Baca juga: Tantangan Peningkatan APK di Tengah Bonus Demografi, Masyarkat Ekonomi Rendah-Akademik Lemah |
"Selain itu, kurangnya motivasi belajar, kualitas pendidikan yang belum optimal, serta pengaruh lingkungan yang tidak mendukung turut memperburuk situasi. Ketersediaan lapangan kerja dan minimnya informasi tentang prospek pendidikan tinggi juga menjadi faktor penting yang mempengaruhi keputusan siswa," ujar Sofyan dalam acara OSC Awards dan Indonesia Rector Forum 2024 di Studio Grand Metro TV, Kamis, 19 Desember 2024.
Sofyan mengungkapkan solusi dan berbagai upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi. Antara lain dengan menyediakan lebih banyak beasiswa, mempermudah akses ke perguruan tinggi, dan memperbanyak program studi vokasi.
"Pemerintah juga fokus pada peningkatan kualitas pendidikan di perguruan tinggi agar lebih relevan dengan kebutuhan pasar kerja," tutur dia.
Di sisi lain, perguruan tinggi diharapkan menawarkan program studi sesuai dengan tuntutan industri serta memperluas penyediaan program studi dan vokasi untuk menciptakan lulusan siap kerja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id