Jakarta: Pemerintah India menawarkan 1.000 beasiswa program doktor di India untuk para dosen perguruan tinggi di Indonesia. Tawaran beasiswa ini khusus untuk bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Program ini melibatkan India Institute of Technology Delhi (IITD) sebagai National Coordinator Asean Fellowship Program. IITD secara terjadwal melakukan kunjungan sekaligus mendiseminasikan program tersebut dan mempromosikan IIT Delhi serta beberapa program penelitian.
Selain di Universitas Gadjah Mada (UGM), IIT Delhi juga melakukan kunjungan dan diseminasi program di Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Airlangga (Unair), Universitas Udayana (Unud), serta Universitas Hindu Indonesia.
Wakil Rektor bidang Kerja Sama dan Alumni, Prof. Dr. Paripurna, S.H., M.Hum., LL.M. menyambut baik tawaran beasiswa ini. ia berharap akan semakin mempererat hubungan pemerintah India dan Indonesia yang telah terjalin selama ini.
“Terima kasih untuk tawaran beasiswa untuk belajar di India. Kita juga membuka kesempaan bagi banyak pelajar di India untuk belajar di sini karena kita memiliki 18 fakultas dan saya kira beberapa fakultas relevan dengan apa yang ada di India," kata Paripurna, dikutip dari laman UGM, Jumat, 10 Januari 2020.
Paripurna menuturkan, ada banyak kesamaan antara India dan Indonesia. Keduanya, kata Paripurna, memiliki populasi penduduk yang sangat banyak dan kultur berkesenian yang saling memengaruhi.
“Banyak kebudayaan dan musik dari India yang memengaruhi musik Indonesia seperti dangdut. Dangdut saya kira berasal dari India dan beberapa tarian Indonesia berasal maupun mendapat pengaruh dari India," ucapnya.
Puji Astuti, Sekretaris Direktorat Kemitraan, Alumni, dan Urusan Internasional UGM menyatakan, program ini memberi kesempatan kepada dosen-dosen yang masih bergelar master untuk menempuh pendidikan program doktoral di luar negeri. Menurutnya, India cukup unggul dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan pesat di bidang tersebut dibuktikan dengan hadirnya banyak peneliti dunia yang berasal dari India. Negara cukup baik dalam menghasilkan ilmuwan dan tidak sedikit dari mereka juga telah self production, seperti obat-obatan, bahan-bahan kimia dan lain-lain.
“Mereka mempunyai kemampuan memproduksi sendiri dan saya kira ini menjadi opportunity bagaimana mereka bisa mandiri. Kita bisa belajar dari sana dan ini tentu peluang tidak hanya untuk dosen-dosen UGM, namun juga beberapa dosen di sekitar Yogyakarta," katanya.
Puji menambahkan, Program '1.000 ASEAN Ph.D Fellowship' tidak hanya untuk Indonesia tetapi seluruh negara-negara Asean. Beasiswa bersifat full funded dan berlaku selama lima tahun kuliah program doktor di India.
Di hadapan 50 dosen perguruan tinggi di seputar Yogyakarta, Prof. Nomesh B. Bolia dari IITD dalam kesempatan ini memperkenalkan Institute of Technology Delhi secara mendalam. Ia menambahkan, antara India dan Indonesia saat ini memiliki problem yang hampir sama dan telah banyak memiliki startup.
“IIT Delhi nomor satu di India dan nomor empat di dunia dalam menghasilkan unicorn-unicorn, termasuk yang memiliki sepuluh perusahaan di kampus dalam bidang bioteknologi," katanya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id