Ilustrasi BRIN. DOK BRIN
Ilustrasi BRIN. DOK BRIN

BRIN Ungkap Pengembangan Senyawa Aktif dari Biota Laut untuk Obat

Renatha Swasty • 01 September 2022 13:45
Jakarta: Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memiliki rencana strategis penelitian dan pengungkapan senyawa aktif yang diperoleh dari perairan laut Indonesia. Dua program utama diarahkan untuk menemukan senyawa aktif dari biota laut.
 
Senyawa aktif tersebut dapat dimanfaatkan untuk obat terapi antikanker. Selain itu, sebagai bahan baku kosmetika yang memiliki aktivitas sebagai anti-aging.
 
Riset dilakukan Pusat Riset Obat dan Vaksin (PRVO), Organisasi Riset Kesehatan BRIN. BRIN melalui Pusat Riset Obat dan Vaksin (PRVO) mengadakan webinar Scientific Talks bertajuk Currents Trends Marine Drugs Development edisi perdana.

Narasumber dari Griffith Institute for Drug Discovery (GRIDD), Australia dihadirkan sebagai upaya BRIN mendapatkan pengetahuan dan informasi. GRIDD telah berhasil dalam penemuan senyawa obat yang telah diketahui memiliki aktivitas anti-resistensi mikroba dan penyakit Parkinson.
 
“Kami ingin mendapatkan semua informasi dari pengalaman yang telah dilakukan GRIDD untuk mengeksplorasi biodiversitas Indonesia dalam rangka pengembangan produk obat alami dari laut Indonesia. Tak hanya itu, melalui webinar kami juga ingin membuka peluang kolaborasi dengan semua universitas nasional dan internasional,” ucap Kepala PRVO BRIN Masteria Yunovilsa Putra dikutip dari laman brin.go.id, amis, 1 September 2022.
 
Peneliti PRVO Asep Bayu menguatkan pernyataan Masteria ihwal kerja sama internasional sangat diperlukan untuk mengeksplorasi dan mempercepat penemuan dan pengembangan obat alami laut. Apalagi, kepulauan Indo-Australia merupakan pusat (hotspot) biodiversitas laut yang memiliki multivariasi ecoregion, serta senyawa alami dari laut memiliki potensi tinggi sebagai kandidat obat.
 
“Kepulauan Indo-Australia adalah laboratorium alam yang unik dan menjadi rumah bagi hampir seperempat spesies di darat, yang mana sebagian besar merupakan species endemis, contohnya seperti keanekaragaman hayati Wallacea. Tak hanya itu, area ini juga merupakan hot spot bagi terumbu karang dunia (seperti coral triangle dan great barrier reef) dan keanekaragaman hayati laut,” papar Asep.
 
Asep menyebut kepulauan Indo-Australia mendapatkan paparan ultraviolet kuat, perbedaan suhu tinggi, variasi kedalaman yang luas, dan ruang terbatas. Sehingga berpengaruh pada sistem pertahanan biokimia alami dari species.
 

Hal tersebut berdampak pada pembentukan metabolit sekunder dengan struktur unik dan memiliki bioaktivitas spesifik. Kondisi ini juga dapat meningkatkan indeks probabilitas untuk penemuan senyawa anti-tumor baru.
 
“Biodiscovery ditentukan oleh adanya keragaman dalam taksonomi tingkat tinggi dan peluang ekologi untuk menguraikan potensi metabolik," ujar Asep.
 
Dia menyebut saat ini senyawa alami dari laut dapat ditemukan pada hewan invertebrata laut, seperti Porifera, Cnidaria, Echinodermata, Chordata, dan Moluscca. Beberapa produk alami laut terbaru telah ditemukan pada sponge laut di Indonesia.
 
"Seperti Manadoperoxide B sebagai antiprotozoa (T.b. rhodesiense), bitungolide yang memiliki efek sitotoksik dan berpotensi sebagai antitumor, serta papuamides, biaketide, lembehyne, barangamide, dan swinholide,” papar Asep.
 
Associate Professor dari GRIDD Rohan Davis menyebut Australia menjadi salah satu dari 17 negara mega biodiversitas yang menjadi elemen penting bagi penemuan hayati. Penggunaan biota yang bersumber dari Australia untuk penemuan obat produk alami dan penelitian biologi kimia memiliki keuntungan strategis karena sumber daya unik ini hanya dieksplorasi secara dangkal untuk agen farmasi baru.
 
Melalui webinar ini, Davis ingin memberikan gambaran singkat tentang Nature Bank-platform biodiscovery berdasarkan ekstrak dan fraksi produk alami yang berasal dari tumbuhan, jamur, dan invertebrata laut Australia. Termasuk, mendeskripsikan beberapa produk alam laut baru yang ditemukan tim Davis dan potensi dampaknya terhadap bidang penemuan hayati.
 
Associate Professor dari GRIDD Yun Jiang Feng juga memberikan informasi terkait penyakit Parkinson yang hingga saat ini tidak dapat disembuhkan. Dia menjelaskan profiling sitologi adalah teknik multiparametric.
 
Teknik ini menggunakan pendekatan skrining fenotipik berbasis citra. Skrining fenotipik mengintegrasikan hasil pengamatan dari mikroskop fluoresensi otomatis dan analisis gambar. Skrinig bertujuan mengevaluasi efek dari molekul kecil pada beberapa komponen seluler.
 
“Kami telah membuat platform profiling sitologi menggunakan sel-sel yang diturunkan dari manusia, human olfactory neurosphere (hONS) yang diturunkan dari pasien Parkinson. Melalui platform ini, beberapa produk alami telah diujikan dan memberikan hasil signifikan melalui mekanisme penghambatan fungsi seluler hONS, sehingga mekanisme aksi terhadap penyakit Parkinson (PD) juga dapat dianalisis,” tutur Feng.
 
Baca juga: Pakar Bioproses BRIN Sebut Riset Bioteknologi di Indonesia Sudah Maju, Tapi Mandek di Regulasi
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan