Simposium internasional perdana di Indonesia ini diselenggarakan atas kerja sama International Society for Horticultural Science (ISHS) dengan Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) IPB University.
“Kami merasa terhormat dapat menjadi tuan rumah pertemuan internasional ini di IPB University. Simposium ini bukan sekadar pertemuan ilmiah biasa, tetapi bagian dari tradisi panjang yang telah berlangsung sejak 1994 di Mendoza, Argentina, dan berkelanjutan di berbagai negara,” ujar Wakil Rektor IPB University bidang Riset, Inovasi, dan Pengembangan Agromaritim, Ernan Rustiadi, dalam acara pembuka di IPB International Convention Center (IICC) Bogor, Selasa, 16 September 2025.
Ernan menyebut Bogor merupakan lokasi tepat untuk forum ilmiah ini. Sebab, dikenal sebagai pusat riset pertanian dan biologi di Indonesia.
Kepala PKHT IPB University, Awang Maharijaya, menegaskan pentingnya bawang merah dan bawang putih bagi Indonesia. Bawang bukan sekadar komoditas pertanian, tetapi juga bagian dari budaya, kuliner, dan ekonomi keluarga.
“Ketika terjadi masalah produksi bawang, pemerintah langsung khawatir karena dampaknya luas. Oleh karena itu, kami berharap simposium ini memberi kesempatan bagi peneliti Indonesia untuk belajar dan berkolaborasi dengan para pakar dunia,” ujar dia.
Baca juga: Remaja, Bawang Hitam Ternyata Banyak Manfaatnya Buat Tubuh Kamu Lho |
Simposium dengan tema “Sustainable Alliums for a Bio-Based Future” menghadirkan 13 pembicara yang menyampaikan kuliah pleno dan keynote lecture serta 35 presentasi oral dan 18 poster penelitian. Topik yang dibahas mencakup pemuliaan genetik, kesehatan tanaman, sistem produksi, pascapanen, sosial-ekonomi, hingga pertanian cerdas berbasis iklim.
Peserta juga dijadwalkan mengikuti kunjungan lapangan ke Balai Penelitian Sayuran di Lembang, Bandung dan Rumah Bawang PT East West Indonesia pada Kamis, 18 September 2025.
Simposium ini juga menjadi momen penghormatan bagi mendiang Dr Sjaak Van Heusden. Dia adalah pakar genetika dan pemuliaan bawang yang kontribusinya menjadi fondasi riset bawang dunia.
“Simposium ini lebih dari sekadar pertemuan ilmiah. Ini adalah wadah kolaborasi, jejaring, dan pertukaran ide inovatif untuk masa depan penelitian allium,” ujar Awang.
Simposium ini juga membuka ruang diskusi terkait kebijakan pangan, rantai pasok, hingga pemberdayaan petani kecil. Forum ini diharapkan menjadi pintu masuk bagi peneliti muda Indonesia untuk aktif berkontribusi di kancah global serta memperluas jejaring kolaborasi riset lintas negara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News